Para peneliti berharap Ibuprofen dapat membantu pasien tidak menggunakan ventilator untuk bernafas, karena Ibuprofen murah. Sedangkan ventilator jauh lebih mahal.
Prof Mitul Mehta dari King's College mengungkapkan ujicoba obat tersebut pada hewan menuai hasil yang memuaskan.
"Harus dicoba juga pada manusia," katanya kepada BBC, Sabtu pekan lalu.
Merujuk pada tulisan Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran di jurnal medis Lancet, WHO tidak menyarankan anti inflamasi dipakai untuk Covid-19.
WHO lebih menyarankan Paracetamol untuk digunakan misalnya untuk maag, ketimbang Ibuprofen, sebab Paracetamol mempunyai efek samping yang lebih kecil.
"Pemakaian Paracetamol untuk demam harus sesuai takaran," kata WHO menambahkan.
Ibuprofen umum dijual bebas di pasaran dengan merek dagang brufen, nuprin, motrin, dan advil.
Menanggapi Veran, Reckitt Benckiser, perusahaan farmasi Inggris, menulis bahwa selama lebih dari tiga dekade Ibuprofen telah dipercaya sebagai obat analgesik dan antiperetik terbukti dengan standar yang aman.
Selama ini Reckitt Benckiser belum melihat adanya kaitan antara obat yang digunakan dengan meningkatnya kasus korona.
Pendapat berlainan dikemukakan oleh dua badan kesehatan, AS dan Inggris.
National Health Institute Amerika Serikat mengatakan obat anti inflamasi Ibuprofen dapat melemahkan sistem imunitas bagi pasien, orangtua, maupun anak-anak.