Untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia dalam sebuah World Happiness Report yang diumumkan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada Jum'at, 20 Maret 2020 lalu.
Negara Nordik di Utara Eropa itu pada tahun sebelumnya (2019 dan 2018) juga menduduki urutan pertama negara paling bahagia di dunia.
Pada tahun 2020 ini PBB memperingkatkan 156 negara. Semua negara Nordik berada di sepuluh besar.
Urutan 5 besar setelah Finlandia, disusul Denmark, Swiss, Islandia, dan Norwegia.
Kemurahan hati, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kepercayaan, kebebasan, dan penghasilan menjadi acuan pemeringkatan itu.
Brightside mengemukakan alasannya mengapa Finlandia menjadi nomor satu negara paling bahagia.
Finlandia termasuk dalam Uni Eropa (sejak 1995), dan Zona Euro (1999).
Finlandia terkenal dengan Nokia-nya. Di akhir 1990-an, produsen telepon genggam itu menguasai 80 persen permodalan pasar Bursa Saham Helsinki. Nokia menjadi motor pertumbuhan ekonomi negara itu.
Bahasa resmi di negara itu adalah Bahasa Finlandia dan Bahasa Swedia.
Patut diketahui pula, 38 persen penduduk Finlandia mempunyai gelar setingkat sarjana, salah satu persentase tertinggi di dunia.
Negara ini juga mempunyai pers yang paling bebas di dunia.
Negara itu juga sangat produktif dalam hal penelitian sains. Mereka nomor empat dalam hal publikasi sains di negara-negara OECD.
Bukan hanya sampai disitu, Finlandia menduduki peringkat tertinggi indeks RNI, ukuran tingkat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi suatu negara.
Semua penduduk di sana memiliki telepon seluler.
Rusia di timur, Swedia di barat, dan Norwegia di utara merupakan batas darat dari negara dengan sistem pemerintahan Republik Parlementer ini.
Dari populasi 5,5 juta penduduknya (2013) negara dengan ibukota Helsinki ini memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah di Eropa.
Finlandia dikenal sebagai negara yang mengalami musim dingin yang panjang.
Ketika negara lain tengah berjuang mengatasi krisis serta masalah kesehatan masyarakat seperti obesitas dan depresi, negara yang penduduknya dikenal cenderung introvert itu mempunyai peringkat tertinggi di pelbagai kategori penting seperti kemurahan hati, kebebasan menentukan pilihan, hidup sehat, harapan hidup sehat, dan pendapatan per kapita.
Sehingga pada 2018, Finlandia dinobatkan PBB di urutan pertama negara paling bahagia di dunia.
Pada saat itu, di ASEAN, negara kita berada di urutan ke 96 dari 156 negara. Indonesia lebih baik dari Myanmar (130), Kamboja (120), dan Laos (110). Tapi lebih buruk dari Vietnam (95), Filipina (71), Thailand (46), Malaysia (35), dan Singapura yang terbaik (34).
Laporan yang setiap tahun dibuat sejak 2012 tersebut dikeluarkan oleh Suistanable Solutions Network untuk PBB.
Sehubungan dengan kasus pandemi Covid-19, pada tahun ini, di Finlandia tercatat ada 449 kasus korona. Untuk mengatasi itu Finlandia menutup perbatasan untuk bepergian yang tidak penting, menunda kunjungan ke panti jompo, tidak memperbolehkan kerumunan lebih dari 10 orang, dan menutup sekolah atau perguruan tinggi.
Langkah-langkah tersebut serta kepercayaan masyarakat kepada lembaga publik dinilai dapat menenangkan warga di sana dan menjadi unsur negara ini dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia pada tahun 2020.
Co-editor laporan itu, Jeffrey Sachs, mengatakan warga Finlandia memiliki kepercayaan kepada pemerintah dalam menghadapi segala macam tantangan pengangguran, penyakit, atau diskriminasi.
Pada 2020 ini Indonesia menduduki ranking 92 dari 159 negara, lebih baik dari tahun sebelumnya di peringkat ke 96.
Tahun ini Indeks Kebahagiaan Indonesia pula mengalami perbaikan menjadi 5.192 menjadi 5.093.
Kendati demikian, Indonesia masih kalah dari Malaysia (80), Filipina (69), dan Singapura (35).
Empat negara Nordik lainnya, seperti Norwegia, Islandia, Swiss, dan Denmark selalu menjadi 10 besar negara paling bahagia di dunia sejak dirilis pertama kalinya pada 2012.
Jika ada negara yang paling bahagia, lantas negara manakah yang paling tidak bahagia?
Jawabannya adalah Republik Afrika Tengah, Rwanda, Zimbabwe, Sudan Selatan, dan Afghanistan.
Sedih dan gembira bukan saja melukiskan perasaan seorang manusia atau makhluk bernyawa lainnya, tetapi berlaku juga untuk negara.
Variabel lainnya yang diukur adalah indeks persepsi korupsi, kedermawanan, usia harapan hidup, dan dukungan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI