Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Djenar Maesa Ayu, Penulis "Mereka Bilang, Saya Monyet!" Bocorkan Buku Teranyar yang Sedang Ditulis

5 Juni 2020   10:03 Diperbarui: 5 Juni 2020   10:21 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Djenar Maesa Ayu (banten.bisnis.com)


"Sudah 107 halaman, buku ini yang paling tebal dari sebelumnya," Kalimat tersebut dikatakan penulis Djenar Maesa Ayu kepada pewawancara GPU (Gramedia Pustaka Utama). 

Penulis "Mereka Bilang, Saya Monyet!" itu mengatakan kini dia tengah mengerjakan sebuah buku teranyar, dan bakal yang paling tebal dari semua buku-buku yang pernah ditulis sebelumnya.

Yang bersangkutan dikenal sebagai seorang penulis produktif yang menghasilkan banyak karya tulis hasil ciptaannya sendiri. 

Perempuan kelahiran Jakarta, 14 Januari 1973 tidak sendirian dalam riwayat keluarganya dalam dunia seni.

Ayahnya, Sjumandjaja adalah seorang sutradara terkenal di eranya, dan ibunya Tutie Kirana juga terkenal sebagai seorang aktris film.

Selain sebagai penulis, Djenar juga bergelut di dunia akting. Dalam pembuatan film, selain sebagai seorang penulis cerita, Djenar juga pandai berprofesi sebagai penata skrip, produser, sutradara, termasuk pemeran.

Tidak kurang dari 30 film yang melibatkannya dari aneka profesi itu yang dibuatnya mulai tahun 2006 sampai sekarang. 

Salah satu film sekaligus judul buku "Mereka Bilang, Saya Monyet!" tercatat sebagai yang paling sukses menyedot perhatian masyarakat penggemar seni dan buku.

Film "Mereka Bilang, Saya Monyet!" memenangkan beberapa penghargaan, penghargaan khusus untuk sutradara terbaik, piala citra untuk skenario adaptasi terbaik, dan piala citra untuk sutradara terbaik. Dari Festival Film Indonesia 2009.

Sedangkan bukunya sendiri, "Mereka Bilang, Saya Monyet!" menjadi buku terbaik pada Khatulistiwa Literary Award.

Buku "Mereka Bilang, Saya Monyet!" merupakan buku kumpulan cerpen (yang diangkat ke layar lebar seperti disebutkan di atas) sangat digemari para pembacanya.

Melihat fenomena itu, GPU (bukan akronim dari Gosok Pijat Urut 😊) tapi Gramedia Pustaka Utama mewacanakan bakal segera mencetak ulang buku tersebut.

Bahkan desain buku yang juga banyak mendapat pujian dari para kritikus ini akan bakal dibuat lebih keren dari segi cover nya.

Dalam cover karya Sukutangan itu ada dua orang yang tengah meneguk bir.

Alasan Gramedia bakal segera mencetak ulang buku itu selain karena menyedot perhatian pembaca, eksploratif, juga cara bertuturnya lugas.

Mirna Yulistiani dari Gramedia mengemukakan alasan lain dilakukannya cetak ulang.

"Terus menarik perhatian pembaca, dan buku ini pula menyuarakan pembelaan wanita," katanya.

Karya Djenar lainnya, cerpen "Waktu Nayla" terpilih menjadi cerpen terbaik Kompas 2003.

Cerpen-cerpen lainnya karya ibu dari dua anak itu "Durian" dan "Wong Asu" cukup unik untuk dibaca serta menampilkan dialog.

Tapi buku yang diadaptasi ke layar lebar "Mereka Bilang, Saya Monyet!" menjadi buku pertama suami dari Edi Widjaya itu yang langsung mencolong atensi pembacanya.

Menulis

"Ditulis dulu, dilakukan dulu," kata Djenar ketika menjawab pertanyaan para penggemarnya bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis kreatif.

Djenar mengatakan banyak penulis yang menulis soal keprihatinan, tapi mereka sendiri tidak mengerti apa itu keprihatinan.

Djenar juga mengatakan untuk menulis tentang kematian, maka si penulis tidak harus mati dulu. 

Tentang kesulitan menulis, Djenar mencontohkan jika si penulis orang kaya dan hidup berkecukupan, maka si penulis  akan menemui kesulitan untuk menulis tentang keprihatinan korona.

Kreativitas penulis ada dalam diri orang masing-masing, kreativitas antar satu penulis dengan penulis lainnya tidak bisa disamakan.

Menulis, termasuk membaca adalah literasi.

Dalam penelitian yang dilakukan OECD (Economic Cooperation and Development) didapati ternyata orang Jepang mempunyai kemampuan literasi yang terbaik di dunia.

Orang Jepang mampu membaca teks-teks padat dengan cepat.

Dalam hal menulis, ternyata para peneliti juga menemukan orang Jepang memiliki kemampuan menulis yang jauh lebih baik dari orang Spanyol dan Italia.

Kendati orang Jepang yang diteliti itu cuma tamatan SMA dibandingkan dengan orang Spanyol dan Italia tadi yang bahkan lulusan Perguruan Tinggi.

Para orangtua di negara matahari terbit itu menanamkan membaca kepada anak-anaknya sejak kecil.

Maka tidak heran di sana banyak terlihat orang-orang membaca buku atau koran saat antre di Bank, di bus, di kereta, atau di taman-taman.

OECD menyimpulkan bahwa orang yang kemampuan literasinya tinggi cenderung memiliki penghasilan yang lebih tinggi daripada mereka yang kemampuan literasinya lebih rendah.

Dan mereka yang kemampuan literasinya rendah cenderung menjadi pengangguran dan mempunyai risiko kesehatan yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun