Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pasien Covid-19 Tertua Sembuh, Kado Hari Lansia 29 Mei

2 Juni 2020   09:14 Diperbarui: 2 Juni 2020   09:08 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek Kamtim (usia 100 tahun) sembuh dari Covid-19 (cnbcindonesia.com)


Saat Anda membaca artikel, pihak mana saja yang paling rentan terpapar virus korona, maka Anda akan mendapatkan jawaban ini.

Situs sehatq.com menyebutkan, mereka adalah orang lanjut usia, orang dengan riwayat penyakit tertentu, tenaga kesehatan di rumah sakit, dan anak-anak.

Sampai saat ini fakta membuktikan dari 100 ribu penderita yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia, ada 4 ribu orang yang meninggal dunia. Dan presentase kematian terbanyak akibat virus korona itu dipegang oleh pasien yang telah berusia di atas 80 tahun, yakni sebesar 22,1 persen.

Seiring pertambahan usia, maka fungsi-fungsi organ tubuh pada lansia juga mengalami penurunan daya tahannya. Sistem imunitas pada lansia tidak lagi dapat bekerja dengan baik seperti ketika masa muda dulu.

Itulah sebabnya, mengapa para lansia dikatakan lebih rentan terhadap paparan virus Covid-19.

Nenek Kamtim yang berusia 100 tahun dikabarkan menjadi pasien tertua di Indonesia yang berhasil sembuh dari penyakit korona yang diidapnya.

"Nenek Kamtim pasien tertua yang berhasil sembuh dari korona," kata Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Jawa Timur, Jum'at malam (29/5/2020) di Gedung Graha Granadi, Surabaya.

Tak pelak kesembuhan nenek asal warga Krembangan, Surabaya itu menjadi sorotan sejumlah media internasional, seperti Al Arabiya, AFP, dan South China Morning Post (SCMP).

Siti Aminah, menantu nenek kelahiran tahun 1920 itu mengatakan kesembuhan Kamtim karena disiplin. Selama perawatan, nenek Kamtim rutin menjaga kebersihan, minum vitamin, serta mengonsumsi makanan bergizi.

Aminah mengatakan sang ibu berada dalam kondisi sehat sepulang dari rumah sakit.

Kondisi sakit sang nenek berawal pada 13 April lalu, dimana Kamtim demam dan batuk-batuk selama seminggu, lalu dia dibawa ke Rumah Sakit PHC (Primasatya Husada Citra) Surabaya.

Pada tanggal 28 April 2020 keluar hasil tes swab yang dilakukan pada 20 April yang menyatakan nenek Kamtim positif korona.

Setelah dirawat, dan menurut menantunya sang nenek orangnya disiplin, nenek Kamtim dinyatakan negatif pada 17 Mei 2020.

Gubenur Khofifah mengatakan nenek Kamtim berpesan lewat putrinya kedisiplinan adalah vaksin yang paling manjur. 

"Karena vaksin korona belum ditemukan sampai saat ini," ujar Khofifah.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Jawa Timur mengatakan Kamtin mempunyai tiga orang anak selama hidupnya, lahir di desa Gendong pada tahun 1920. Ingatan ibu Kamtim masih baik.

Saat ini di Jawa Timur pasien manula korona wanita 8,62 persen dan yang laki-laki 11,62 persen. Mari sayangi dan lindungi mereka karena mereka populasi yang rentan.

Keberhasilan ibu Kamtim sembuh dari Covid-19 serasa menyiratkan keberhasilan pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 29 Mei setiap tahunnya dan baru saja kita peringati.

Harian KOMPAS edisi Sabtu, 30 Mei 2020 melaporkan negara kita saat ini memiliki populasi lansia sebesar 28 juta orang, nyaris sama dengan seluruh populasi penduduk Malaysia.

Ini berarti 1 dari 10 penduduk Indonesia adalah lansia.

Data menunjukkan dari 43 pasien korona yang meninggal, 15 persennya adalah lansia. 

Suatu kondisi yang menempatkan mereka masuk dalam risiko tinggi terhadap virus Covid-19.

Selain daya tahan tubuh mereka semakin menurun seiring penuaan yang mana mereka rentan terhadap penyakit-penyakit seperti diabetes melitus, jantung, dan lainnya termasuk Covid-19.

Oleh karena itu, pada saat perayaan peringatan Hari Lansia di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, mereka harus lebih diperhatikan lagi.

Menurut Lathifah Hanun, dosen psikologi lanjut usia dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, komunikasi yang hangat antara keluarga dan lansia harus dibangun.

Menjaga lansia di rumah atau memberikan pengertian soal korona tidak mudah dan dapat menjadi beban bagi keluarga.

Beban itu dikarenakan adanya kesenjangan komunikasi antar generasi.

Daya tangkap atau kemampuan kognitif manula umumnya berkurang seiring umur yang bertambah atau penggunaan obat-obatan akibat penyakitnya.

Stres juga dapat muncul pada keluarga yang merawat manula itu, keluarga perlu mengatur agar mereka dapat mempunyai waktu istirahat dan juga punya waktu untuk diri sendiri.

Pengaturan diri dan komunikasi yang hangat dalam perawatan manula selama pandemi sangat diperlukan, karena para manula itu bertumpu pada keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun