Sepakbola sebagai terapi
Sepakbola dapat membantu kita menemukan diri kita sendiri. Jika tidak ada kepastian maka hal tersebut bisa mengarah kepada kehancuran ekonomi bukan saja hanya di olahraga.
"Kita semua memimpikan sepakbola berjalan normal lagi, tetapi kita juga mempunyai hal-hal lain untuk dipikirkan. Saya percaya sepakbola bisa bertindak sebagai terapi. Bukan hanya sekedar simbol kelahiran kembali, tetapi sepakbola juga dapat membangkitkan mood Anda kembali," kata mantan pesepakbola profesional Italia Gianfranco Zola.
Bukan saja berdampak kepada perekonomian, virus korona yang bermula dari kota Wuhan di Cina itu kini sudah menjadi pandemi dan sudah merambah ke lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia, dan entah berapa lagi yang meninggal karenanya.
Bundesliga menjadi pelopor yang pertama memulai lagi liga mereka, meski sebagai "laga hantu" atau laga tanpa penonton.
Liga Inggris dan liga Italia diwacanakan ikut liga Jerman untuk memulai lagi pada bulan Juni.
Gianfranco Zola menyebut bergulirnya kembali liga-liga top Eropa sebagai secercah harapan bagi masyarakat di tengah pandemi global dan bisa menjadi terapi saat ketidakpastian karena si virus misterius.
"Reborn" Bundesliga digelar pada Sabtu malam WIB (16/5/2020). Berlangsung di Signal Iduna Park, dan Borussia Dortmund menang telak dengan skor 4-0 atas Schalke 04.
Meski laga hantu, laga ini mendapat sorotan dari para penggila bola dimana Erling Haaland membuka gol pertama, disusul tiga gol lainnya oleh Raphael Guerreiro dan Thorgan Hazard.
Tepat seperti ramalan Christian Benteke yang diucapkan pemain Crystal Palace itu pada pekan pertama bulan ini.
Saat itu Benteke mengatakan jika pun liga dimulai lagi maka laga akan seperti hantu karena masih dalam aturan physical distancing.
Tanpa kehadiran penonton di stadion, dan juga larangan melakukan selebrasi usai mencetak gol dengan memeluk teman-temannya.
Sepakbola jadinya seperti robot, kata Benteke.
Kendati sudah mendapat lampu hijau, tapi liga-liga Inggris, Italia, dan Spanyol masih harap-harap cemas.
Sedangkan Belanda, Perancis, dan Belgia mereka sudah takluk tidak dapat menggulirkan lagi liga di musim ini.
Dengan kemenangan pada laga pekan ke 26 di atas, Borussia Dortmund kini memiliki poin 54, menempel Bayern Munchen di posisi puncak dengan 55 poin, selisih satu poin.
Dari dalam negeri, mantan pelatih Timnas U-19, Fakhri Husaini mempertanyakan kelanjutan Shoppee Liga 1.
"Liga Jerman sudah mulai, kapan kita?" kata Fakhri di Instagramnya.
Sejauh ini, induk olahraga sepakbola Indonesia, PSSI, belum mewacanakan dan mengambil keputusan secara pasti kapan Liga Indonesia bakal mulai lagi karena harus melihat arahan dari pemerintah dulu.
Klub peserta Liga 1 Shoppee 2020 Persita Tangerang merasa pesimistis liga di Indonesia dapat bergulir lagi dalam waktu dekat ini.
Bukan hanya soal liga nantinya digelar tanpa penonton, tapi dalam kehidupan sehari-hari saja masih banyak masyarakat yang mengabaikan aturan yang dihimbau pemerintah, dari soal PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), physical distancing, sampai social distancing.
Untuk itu masih sangat berisiko jika menggelar kembali sepakbola.
Memang kompetisi di beberapa negara Asia mereka sudah dan siap menggelar lagi liga mereka kendati sebagai "laga hantu" atau laga tanpa penonton.
Korea Selatan yang pertama mulai, menyusul kemudian juga negara-negara seperti Vietnam, Jepang, dan Thailand.
Kompetisi ini akan melibatkan banyak orang, itulah yang menyebabkan keraguan Persita laga di Indonesia bakal bisa berjalan normal lagi.
Membandingkan dengan Jerman, banyak aturan khusus baru yang dibuat DFL, Asosiasi Sepakbola Jerman, sebagai syarat yang harus dipenuhi agar laga bisa main kembali.
Sedangkan di negeri kita, penanganan pemerintah dianggap belum maksimal.
"Kita belum mencapai kurva tertinggi melihat perkembangan pandemi ini, sepertinya sulit untuk dilanjutkan," imbuh I Nyoman Suryanthara, Manajer Persita Tangerang.
Berkaitan dimulainya kembali Bundesliga, harian Kompas edisi Senin (18/5/2020) menyebutkan aturan khusus yang diberlakukan DFL sebagai syarat digulirkannya lagi Bundesliga di masa Covid-19 yang belum kondusif ini patut dijadikan contoh bagi kompetisi-kompetisi lainnya.
Untuk memutus seminimal mungkin rantai penularan Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H