Dalam sebuah Experimental Biology Meeting di Orlando, Florida, AS, pada 2019, dilaporkan hasil sebuah studi terhadap anjing jenis Beagle.
Peneliti utama dalam studi itu, Heather Junqueira, merasakan bahwa penelitian itu membuka cakrawala baru suatu cara deteksi dini kanker. Senyawa biologis yang dideteksi hewan mamalia ini nantinya dirancang untuk melakukan tes skrining kanker.
Empat jenis Beagle diperintahkan untuk membedakan sampel darah penderita kanker paru-paru ganas dengan serum darah normal.
Tiga anjing mampu mengidentifikasi sampel darah normal dengan keakuratan mencapai 97,5 persen, dan sampel paru-paru mencapai keakuratan 96.7 persen. Sedangkan satu anjing lainnya tidak termotivasi untuk melakukan ujicoba.
Steven Lindsay, entomolog dari Durham University, Inggris, melaporkan hasil studi yang dilakukan di Gambia, Afrika Barat, anjing dapat mengidentifikasi penyakit malaria lewat bau.
"Anjing mempunyai indera penciuman yang sensitif bisa mendeteksi orang yang malaria, karena penyakit ini menghasilkan bau yang berbeda pada kulit si pasien," kata Steven.
Dr Achmad Hudoyo, spesial paru asal Indonesia, mengungkapkan anjing dapat mendeteksi apakah seseorang mengidap penyakit kanker paru-paru atau tidak dengan cara mengendus hembusan nafasnya.
"Kalau jalan, orang itu tidak berpenyakit kanker paru-paru, kalau duduk berarti orang itu positif kanker," tutur Achmad, dua tahun lalu (10/1/2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H