Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepuluh Windu Si Raja Bola dan Penampilan yang Mengecewakan di Senayan

6 April 2020   09:34 Diperbarui: 6 April 2020   09:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tak terasa, Edson Arantes do Nascimento atau ngetop dengan Pele pada tanggal 23 Oktober tahun ini akan tepat 10 windu. Seperti diketahui, legenda sepakbola bola Pele dilahirkan di Minas Gerais, Brasil, 23 Oktober 1940.

Si Raja Bola Pele mengantarkan negaranya Brasil merebut Piala Dunia (dulu Piala Jules Rimet) sebanyak tiga kali yaitu pada tahun 1958, 1962, dan 1970.

Karena kepiawaiannya, orang menyebut Pele sebagai "Sang Raja". Dia adalah pemegang rekor dunia terbanyak sepanjang sejarah selama ini dalam mencetak gol, 1.281 gol.

Namun seiring usia yang semakin menggerogotinya, penyakit pun turut nimbrung menghampirinya.

Kini Sang Raja tidak bisa berjalan tanpa bantuan tongkat atau kursi roda. Masalah di pinggulnya membuat Sang Raja dikabarkan depresi. Menurut anaknya, Edinho, ayahnya kini merasa tertekan dan malu keluar rumah karena takut terlihat orang dalam kondisinya seperti sekarang.

Penyebab depresi O Rei (Sang Raja) adalah kondisi kesehatannya tak jua kunjung membaik usai menjalani operasi pinggul. Sang Raja kini enggan meninggalkan rumah karena kini dia membutuhkan orang lain.

Namun kepada BBC, Pele sendiri mengatakan kalau dirinya tidak apa-apa dan dalam kondisi baik. Pernyataan Sang Raja dimuat BBC pada 14 Pebruari 2020.

"Dia (Pele) sangat rapuh," kata Edinho di TV Globo.

Menurut Edinho penyebab depresi ayahnya karena setelah menjalani operasi pinggul, ayahnya tidak mau menjalani terapi. Bahkan Edinho menceritakan sering kali dia cekcok dengan ayahnya karena ayahnya menolak melanjutkan terapi paska operasi pinggul.

Edinho juga mengatakan belakangan ayahnya semakin tertekan dan lebih banyak berdiam diri di dalam rumah (tidak ada hubungannya dengan karantina virus korona stay at home).

Semasa hidupnya, Pele dikenal sebagai jago gocek. Tampil 92 kali bersama Timnas Brasil (1957-1971) dia mencatat 77 gol. Klub yang pernah dibela Pele adalah Santos FC dan New York Cosmos, namun yang paling lama bersama Santos FC.

Tampil 638 kali bersama klub negaranya itu, Pele mencetak 618 gol.

Tak diragukan lagi, Pele adalah pesepakbola terbaik sepanjang masa.

Di masa kecilnya, Pele dipanggil teman-temannya dengan Dico. Sedangkan nama Pele diambil dari nama Bile. Bile adalah penjaga gawang Vasco da Gama, yang merupakan idola dari Pele sendiri.

Semasa kecil, Pele hidup dalam jerat kemiskinan. Untuk mendapatkan uang tambahan sehari-hari, Pele bekerja di sebuah warung teh setempat. Pele bergabung dengan klub Bauru pada 1952. Karena kemiskinannya, Pele bahkan tidak mampu membeli sepatu bola.

Pele lalu mengikatkan koran bekas di kakinya sebagai sepatu bola, dan buah jeruk sebagai bolanya.

Salah satu episode Piala Dunia yang paling diingat orang sepanjang masa adalah Piala Dunia 1970 di Meksiko.

Saat itu Pele mencetak 6 gol.

Di final, Brasil mengalahkan Italia dengan skor 4-1.

Gol keempat yang disarangkan Brasil itu sangat dikenang orang karena prosesnya sangat mengagumkan. 

Pele menggiring bola pelan dari daerah pertahanan, Si Raja Gocek membawa bola terus tanpa mampu disentuh oleh satu pun pemain Italia. Si kulit bundar berhasil disarangkan Pele.

Mengecewakan

Publik Indonesia sempat kecewa melihat penampilan Si Raja Bola. 

Pada tahun 1972, Pele bersama klubnya Santos FC, mengadakan lawatan ke Jakarta untuk melakukan pertandingan persahabatan melawan Timnas Indonesia, yang saat itu dilatih oleh Endang Witarsa.

Laga dilangsungkan pada 21 Juni 1972 di Stadion Utama Senayan, Jakarta.

Majalah Tempo terbitan 1 Juli 1972 menulis Si Raja Bola yang datang ke Senayan menjadi pusat perhatian, tapi penampilannya jauh panggang dari api, tidak mengesankan sedikit pun sebagai dewa bola yang orang-orang sebutkan kepadanya.

Penonton yang hadir di Senayan saat itu mencapai 75.000 orang. Namun penampilan Santos yang dibayar 45.000 dolar (kurs kala itu Rp 420,-) untuk datang ke Jakarta mengecewakan, tidak sesuai dengan honor yang diberikan.

"Penonton pun mengutuk permainan Santos" tulis lagi Tempo.

Laga persahabatan itu akhirnya berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Santos. Dua gol Garuda diboyong oleh Risdianto. Sedangkan gol Santos yang memaksa kiper Ronny Paslah memungut bola dari sarangnya dibuat oleh Edu, Jadel, dan Pele (kendati dia bermain buruk).

Majalah Tempo bahkan menulis penampilan Pele di luar lapangan lebih ramah dan sederhana.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh pramugari Christina Loing dan pilot Kapten Partono yang membawa Pele dan rombongan di pesawat "Bali Express".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun