Alhasil, Praveen menyamai pencapaian dua kali gelar juara yang diraih Tantowi Ahmad/Lilyana pada 2014 dan 2013. Praveen menjadi orang pertama yang juara dengan pasangan yang berbeda.
"Tidak mudah juara dengan pasangan berbeda," kata Praveen mengungkapkan optimismenya sebelum berangkat ke All England.
Praveen/Melati dengan demikian menjadi ganda campuran kelima kali yang berhasil menjadi juara All England ini, setelah Praveen/Debby, Tantowi/Lilyana, dan Christian Hadinata/Imelda Wigoena, pada 1979.
Sebelum level BWF 1000 ini, Praveen/Melati juga tampil mengejutkan dengan menjuarai dua turnamen BWF 750 beruntun tahun kemarin, yaitu Denmark dan Perancis Terbuka.
Dua ganda campuran terbaik dunia saat itu, Wang Yilyu/Huang Dongping, dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong dapat disingkirkannya.
"Jika di sana dapat menang, kenapa di All England tidak?" sebelum ke Birmingham.
Dan kenyataan, Praveen/Melati menang lagi di perempatfinal All England atas Wang/Huang.
Kematangan Praveen/Melati semakin menambah optimisme, ketika Praveen/Melati akan turun di Olimpiade Tokyo yang tinggal satu setengah bulan lagi.
Sempat diragukan, akan prestasi nomor ganda campuran menjelang Olimpiade Tokyo. Kematangan Praveen/Melati setidaknya menghapus keraguan seperti yang dikatakan oleh Lilyana Natsir, peraih medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro berpasangan dengan Tantowi Ahmad.
Bagi Melati, juara All England, merupakan impiannya sejak kecil. Menurut Melati, setiap pemain kalau ditanya apa keinginan utamanya, pasti menyebutkan juara Olimpiade, Kejuaraan Dunia, atau All England.
"Tentunya bangga sekali, karena ini impian saya sejak kecil, siapa sih yang tidak mau juara All England?" tutur Melati.