Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mundurnya Limpele Menjelang Olimpiade, Pukulan Besar bagi Bulutangkis India

10 Maret 2020   09:33 Diperbarui: 10 Maret 2020   09:38 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flandy Limpele mundur sebagai pelatih di India (ligaolahraga.com)


Bulutangkis India mendapat pukulan menjelang pagelaran olahraga sejagad, Olimpiade Tokyo 2020.

Hal itu disebabkan karena Flandy Limpele, mengundurkan diri sebagai pelatih ganda putra Chirag Shetty/Satwiksairaj Rankireddy.

Pada tahun 2019, BAI (Asosiasi Badminton India) mengangkat Limpele sebagai pelatih ganda putra menggantikan Tam Kim Her asal Malaysia pada Maret 2019.

Di tangan Flandy Limpele itu, ganda putra Shetty/Rankireddy mengalami kemajuan yang pesat.

Dalam pernyataan resminya, BAI mengatakan Limpele mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih ganda putra India karena alasan keluarga.

Mantan partner ganda putra Indonesia bersama Eng Hian itu sudah tiba kembali di Indonesia pada Sabtu (7/3/2020).

Ketika ditanyakan apakah faktor tingkah para pemain India yang menyebabkan dirinya mundur, Flandy mengatakan bukan itu alasannya. Menurut Flandy ini semata-mata karena urusan pribadi.

Beberapa waktu lalu, Flandy sempat mengkritik tingkah para pemain India yang kurang kerjasama tim sehingga menghambat kemajuan nomor ganda di negara itu.

Pada bulan Oktober tahun lalu, ganda Shetty/Rankireddy sempat mencuri perhatian pencinta bulutangkis, ketika mereka berhasil menembus final turnamen BWF French Open. Namun sayang, di final turnamen berkategori Super 750 itu, mereka dikalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dari Indonesia.

Shetty/Rankireddy bahkan menjadi ganda putra pertama negeri Kuch Kuch Hota Hai tersebut yang dapat menembus final BWF berkategori Super 750.

Perjalanan Shetty/Rankireddy ke final itu antara lain menyingkirkan ganda putra asal Indonesia, Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan di babak 16 besar.

Munculnya kembali sinar mereka di Perancis Terbuka adalah momen kebangkitan bagi ganda berperingkat 10 dunia itu. Karena sebelumnya, setelah menjuarai turnamen Thailand Open 2019 (Super 500) mereka mengalami kegagalan (hasil yang biasa-biasa saja) di tiga turnamen beruntun.

Selama tiga bulan setelah menjuarai Thailand Terbuka itu nama mereka seperti menghilang. Itu disebabkan karena keduanya mengalami cedera. Shetty merasakan sakit di ototnya, sedangkan Rankireddy di bahunya. Sesudah pulih, mereka belum jua mencapai hasil bagus.

Baru di Perancis Terbuka itu, mereka menjadi finalis.

Hasil polesan Flandy lainnya terlihat di turnamen Cina Terbuka Nopember 2019. Di perempatfinal yang digelar di Haixia Olympic Sports Center, Fuzhou itu, Shetty menjadi semifinalis dan bertemu dengan Kevin/Marcus.

Di perdelapanfinal, mereka mengalahkan "tiang listrik" Li Junhui/Liu Yu Chen (peringkat tiga dunia) dari Cina, dengan skor 19-31 dan 15-21. Sepanjang laga yang berdurasi 43 menit itu, Shetty/Rankireddy (peringkat ke 9 dunia) tidak memberikan Li/Liu mengembangkan permainannya. Kekalahan itu menjadi yang kedua Li/Liu dari Shetty/Rankireddy dari tiga pertemuan.

Ketika ditanyakan, faktor apa yang menyebabkan mereka tampil gemilang di Perancis Terbuka. Mereka menyebutkan karena faktor pelatih, Flandy Limpele.

Menurut mereka, sebelum French Open mereka tetap bekerja keras bersama pelatih baru asal Indonesia, Flandy Limpele. "Dan semuanya berjalan lancar," ujar Rankireddy.

Menurut mereka, pelatih memberikan perhatian kepada faktor kebugaran dan lainnya yang sangat membantu mereka.

Semenjak finalis Perancis Terbuka itu, mereka mulai berpikir untuk bermain di Olimpiade. Namun mereka mengakui tidak mau terbebani dengan target itu.

Menurut Rankireddy, mereka harus menjalani satu per satu, dan jika mereka bermain bagus, lolos ke Olimpiade bukan masalah.

Bagi pecinta bulutangkis di Indonesia, sosok seorang Flandy Limpele tidaklah asing.

Flandy Limpele bermain di dua ganda, putra dan campuran.

Prestasi yang paling fenomenal yang diingat adalah ketika dia membawa pulang medali perunggu di nomor ganda putra berpasangan dengan Eng Hian (yang kini menjadi pelatih ganda putri). Flandy/Eng Hian membawa pulang medali perunggu dari Olimpiade Athena 2004.

Flandy/Eng Hian juga mencatat juara di Copenhagen Masters, Denmark (2000, 2004), Jerman Terbuka (2003), Jepang Terbuka (2002), Singapura Terbuka (2000, 2006), dan Denmark Terbuka (2000).

Flandy juga berpasangan dengan Vita Marissa dan Minarti Timur di nomor ganda campuran.

Flandy/Marissa menorehkan prestasi di antaranya mengantongi medali emas dari Kejuaraan Asia 2008, medali perunggu Kejuaraan Dunia 2007. Turnamen-turnamen lain yang dijuarai Flandy/Marissa antara lain di SEA Games, Perancis, Singapura, dan Kepang.

Flandy Limpele bukanlah satu-satunya pelatih pemain India yang mundur sebelum masa tugasnya berakhir.

Ada tiga orang lainnya.

Tan Kim Her meletakkan jabatannya satu setengah tahun sebelum berakhir masa tugasnya.

Mulyo Handoyo, asal Indonesia, juga mundur sebagai pelatih tunggal putra pada 2017. Handoyo lantas menjadi pelatih di Singapura.

Kim Ji-hyun, asal Korea Selatan juga meletakkan jabatannya pada September 2019. Ji-hyun memberikan P.V. Sindhu medali emas dari Kejuaraan Dunia Basel Agustus lalu.

Shetty mengatakan, mundurnya Limpele sebagai langkah mundur bagi mereka karena Olimpiade tinggal 4 bulan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun