Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mendekati Olimpiade, PBSI Pede Loloskan Dua Tunggal Putri

9 Januari 2020   07:07 Diperbarui: 9 Januari 2020   07:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria Mariska Tunjung (bolasports.com)

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh harap-harap cemas bagi PBSI dan bulutangkis Indonesia, pasalnya tahun ini ada pagelaran Olimpiade.

Para pebulutangkis Indonesia sebelum 2020, menorehkan berbagai prestasi yang membanggakan, tapi inilah turnamen yang paling bergengsi dan paling membanggakan terakbar, Indonesia harus mempertahankan tradisi memperoleh medali emas di Olimpiade.

Berharap, Indonesia tetap eksis di nomor ganda putra. Kita punya tiga ganda putra yang memenuhi syarat ikut di Olimpiade.

Masih tersisa delapan turnamen lagi yang memperhitungkan poin Olimpiade (yang terakhir adalah pada Kejuaraan Asia, April 2020). Yang harus dimaksimalkan adalah meloloskan dua tunggal putri. Saat ini, baru Gregoria Mariska Tunjung yang berperingkat terbaik di Indonesia, yaitu 14 dunia.

Adapun untuk dapat lolos, sektor tunggal minimal harus berperingkat 16 dunia.

Dua terbaik Indonesia lainnya masih diluar 16, yaitu Fitriyani di peringkat ke 18 dan Ruselli Hartawan di ke 23.

Untuk itu, PBSI menugaskan Fitriyani dan Ruselli untuk menyusul Gregoria, dan tentu saja Gregoria pun harus mempertahankan agar tidak keluar dari 16.

Dari ke 8 turnamen yang masih tersisa itu, 3 di antaranya ada pada bulan Januari ini, yaitu Thailand Masters, Indonesia Masters dan Malaysia Masters (yang kini sedang berlangsung).

"Menuju ke 16 kan tidak jauh, kalau bisa dua, kenapa tidak? Harus dimaksimalkan," ujar Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI Susy Susanti.

Susy mencontohkan pada 2016, ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto pernah digenjot PBSI dan lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro.

Sementara itu, upaya PBSI untuk meloloskan dua wakil di nomor ganda putri nampaknya sulit diwujudkan. Saat ini yang konsisten berada di 8 besar hanyalah Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Adapun dua pelapis Greysia/Apriyani nampaknya masih butuh waktu yang panjang untuk sampai ke 8 besar. Keduanya adalah Yulfira Barkah/Agatha Imanuela (ranking ke 39) dan Siti Fadia Silva Ramadhani/Ribka Sugiarto.

Sepertinya Indonesia hanya Greysia/Apriyani yang lolos.

Kendati sulit, akan tetapi kedua pelapis dan ganda putri lainnya dipersiapkan sebagai pendukung Greysia/Apriyani agar tidak berjuang sendirian.

Sementara di nomor ganda campuran, Hafiz Faisal/Gloria Emmanuel Widjaja yang kini berperingkat 9 dunia, dituntut PBSI agar tampil konsisten untuk memanfaatkan sisa waktu yang ada, sehingga mereka dapat mendampingi Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (5) ke Olimpiade.

Di tahun yang baru saja ditinggalkan, Hafiz/Gloria mencatatkan prestasi yang mengecewakan. Hasil terbaik mereka adalah mencapai runner-up di Jerman Terbuka 2019.

"Kan dekat sekali ke 8 besar, yang lebih berat adalah di ganda putri dan tunggal putri, untuk itu mereka harus didorong ke peringkat 8 sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka," ujar Susy, Senin (6/11/2020).

Susy juga mengatakan, peluang di ganda campuran dan tunggal putri lebih mudah ketimbang di ganda putri.

Sementara itu di Malaysia Masters Hafiz Faisal/Gloria Emmanuel Widjaja berhasil melangkah ke babak kedua turnamen berhadiah 400.000 USD, setelah di babak pertama, Rabu (8/1/2020), yang digelar di Axiata Arena, Bukit Jalil, Kuala Lumpur, mengalahkan ganda Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich dengan dua gim, 21-16 dan 21-19.

Kevin/Marcus 

Yang harus diperhatikan, PBSI harus pandai-pandai mengatur waktu turnamen mana yang akan diikuti oleh ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, menjelang turnamen akbar Olimpiade.

Hal ini dikarenakan pada tahun lalu penampilan ganda yang dijuluki The Minions tersebut prestasinya dinilai naik turun.

Kevin/Marcus memang tampil baik di ajang-ajang terbuka, tapi di ajang-ajang akbar, seperti BWF World Tour Finals, Kejuaraan Dunia, dan All England, Kevin/Marcus justru tidak mumpuni.

Di Guangzhou, Kevin/Marcus terhenti di semifinal. Di Kejuaraan Dunia, Kevin/Marcus kandas di babak kedua. Sedangkan di All England, Kevin/Marcus berhenti di babak pertama.

Christian Hadinata mengatakan kondisi tersebut disebabkan karena padatnya jadwal turnamen yang yang dijalani.

Untuk itu, mendekat Olimpiade, legenda bulutangkis ini minta PBSI agar selektif memilih turnamen mana yang akan diikuti dan mana yang tidak.

Susy mengatakan, kalau tahun lalu banyak ikut turnamen untuk mendapatkan peringkat atas. Tapi menjelang Olimpiade ini harus diatur mana turnamen yang harus dipertahankan dan mana yang tidak.

Susy mencontohkan, Kevin/Marcus tetap di peringkat 1, kalau satu atau dua turnamen sudah juara, maka turnamen ketiga tidak perlu diikuti.

Tapi untuk mengantisipasi poin kurang, semua turnamen didaftarkan, tapi untuk jaga-jaga saja, "Kalau poin kurang, maka harus dikejar di turnamen berikutnya," ujar peraih medali emas Olimpiade Barcelona itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun