Gangguan ini bisa berupa lamanya waktu memejamkan mata, insomnia, terbangun tengah malam, atau terjaga lebih cepat.
Alasan-alasan lain orang di negara-negara Asia Pasifik mengalami gangguan tidur adalah pasangan yang mendengkur (17%), mengonsumsi kopi dan minuman berkafein, juga obat-obatan tertentu (18%), menderita masalah pernafasan dan nyeri (23%), media sosial dan hiburan (27%), dan lingkungan (32%).
Efek yang terjadi kemudian, di siang hari, 60% dari mereka mengantuk di sepanjang pekan.
Kendati kesadaran akan pentingnya durasi tidur, namun mereka tidak menjadikan tidur sebagai prioritas.
Ketika ditanyakan, hal apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, sebanyak 34% dari orang dewasa di negara-negara Asia Pasifik mengatakan mereka bersedia berkonsultasi untuk mendapatkan solusi dari spesialis tidur.
Dan sebanyak 31% mengatakan mereka melakukan perawatan dan mempelajari lebih lanjut tentang masalah ini untuk mendapatkan tidur yang baik.
Sebanyak 75% responden mengatakan mereka tidak atau enggan berkonsultasi dengan ahli tidur untuk mengatasi gangguan tidur mereka.
Hal tersebut terkendala karena mereka harus menanggung biaya perawatan (39%) serta biaya konsultasi (25%).
Seperti sudah disebutkan di atas, tidur yang kurang dapat menyebabkan penuaan dini, berisiko penyakit diabetes, berat badan bertambah (obesitas), hormon seksual berkurang, menjadi pelupa (pikun).
Kurang tidur akan menyebabkan kehilangan energi untuk memahami sesuatu dengan jelas dan tidak dapat berpikir kreatif.
Menambah risiko penyakit kanker, jantung, dan gampang sakit karena sistem imun yang melemah.