Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bijaksanalah dalam Mengatur Waktu Tidur Anda

2 Desember 2019   06:37 Diperbarui: 2 Desember 2019   07:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa orang kini mengalami masalah dengan tidurnya (beritagar.id)

Para ahli tidur merekomendasikan durasi tidur yang baik dan dianjurkan adalah 7-8 jam sehari untuk orang dewasa, dan 8-10 jam sehari untuk remaja dan anak-anak.

Kurang atau lebih dari itu, akan menimbulkan berbagai efek buruk bagi kesehatan tubuh.

Selain berdampak kepada kurangnya konsentrasi, yang rentan menyebabkan kecelakaan lalulintas ketika berkendara, efek yang lebih buruk lagi akan muncul jika Anda kurang tidur.

Dampak-dampak yang bakal terjadi tersebut antara lain: mempercepat penuaan dini, menurunkan daya ingat, menurunkan performa seks, gampang sakit dan sulit sembuh, serta menimbulkan berbagai penyakit serius.

Dalam rangka memperingati Hari Tidur Sedunia yang jatuh setiap 13 Maret, pada 2019, The Global Pursuit of Better Sleep Health dari Royal Phillips menerbitkan laporan hasil survei global tahunan. 

Di sana dinyatakan orang kini tidur hanya 6,3 jam sehari pada hari kerja dan 6,6 jam pada akhir pekan.

Yang mana hal tersebut tentu kurang dari yang disarankan, yaitu 8 jam, buat orang dewasa.

Berbagai aktivitas memaksa orang dewasa tidur kurang dari yang dianjurkan, kendati kesadaran pada waktu tidur yang cukup untuk kesehatan semakin meningkat pada mereka.

Survei ini melibatkan 11.000 orang dewasa dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Belanda, Jepang, India, Jerman, Perancis, Cina, Kanada, Brasil, dan Australia.

Sebanyak 44 persen dari mereka mengatakan bahwa mereka mengalami tidur yang buruk selama 5 tahun terakhir, sedangkan 66 persennya mengatakan "tidak sama sekali" atau "agak" baik.

Stres atau tekanan adalah alasan bagi 50 persen mereka yang tinggal di kawasan Asia Pasifik yang menyebutkan mereka menghadapi masalah tidur.

Gangguan ini bisa berupa lamanya waktu memejamkan mata, insomnia, terbangun tengah malam, atau terjaga lebih cepat.

Alasan-alasan lain orang di negara-negara Asia Pasifik mengalami gangguan tidur adalah pasangan yang mendengkur (17%), mengonsumsi kopi dan minuman berkafein, juga obat-obatan tertentu (18%), menderita masalah pernafasan dan nyeri (23%), media sosial dan hiburan (27%), dan lingkungan (32%).

Efek yang terjadi kemudian, di siang hari, 60% dari mereka mengantuk di sepanjang pekan.

Kendati kesadaran akan pentingnya durasi tidur, namun mereka tidak menjadikan tidur sebagai prioritas.

Ketika ditanyakan, hal apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, sebanyak 34% dari orang dewasa di negara-negara Asia Pasifik mengatakan mereka bersedia berkonsultasi untuk mendapatkan solusi dari spesialis tidur.

Dan sebanyak 31% mengatakan mereka melakukan perawatan dan mempelajari lebih lanjut tentang masalah ini untuk mendapatkan tidur yang baik.

Sebanyak 75% responden mengatakan mereka tidak atau enggan berkonsultasi dengan ahli tidur untuk mengatasi gangguan tidur mereka.

Hal tersebut terkendala karena mereka harus menanggung biaya perawatan (39%) serta biaya konsultasi (25%).

Seperti sudah disebutkan di atas, tidur yang kurang dapat menyebabkan penuaan dini, berisiko penyakit diabetes, berat badan bertambah (obesitas), hormon seksual berkurang, menjadi pelupa (pikun).

Kurang tidur akan menyebabkan kehilangan energi untuk memahami sesuatu dengan jelas dan tidak dapat berpikir kreatif.

Menambah risiko penyakit kanker, jantung, dan gampang sakit karena sistem imun yang melemah.

Namun dari sini juga harus diperhatikan dampak buruk dari terlalu banyak tidur.

Beberapa penelitian dari orang yang tidur lebih dari 8 jam memiliki risiko yang sama buruknya dengan perilaku orang yang kurang tidur. Chuang Shi Wuang dari Chinese Academy of Medical Sciences meneliti 116.000 orang berusia antara 35 hingga 70 tahun.

Setelah 8 tahun studi, sebanyak 4.367 partisipan yang kelebihan tidur terserang penyakit stroke dan jantung, sedangkan 4.383 partisipan lainnya mengalami kematian.

Hasil penelitian menunjukkan mereka yang tidur lebih dari 8 jam meningkatkan risiko kematian sebesar 5 persen, antara 9-10 jam meningkatkan risiko kematian sebesar 18 persen. Bahkan orang yang tidur lebih dari 10 jam risiko terkena jantung dan kematian menjadi 42 persen.

Jika kantor tempat Anda bekerja memang off di akhir pekan. Dan Anda memanfaatkan waktu akhir pekan tersebut untuk tidur seharian, dan hal ini sebagai balas dendam dari waktu tidur yang sedikit di hari-hari kerja, maka berhati-hatilah.

Dari berbagai sumber, tidur yang banyak di akhir pekan, akan berdampak yang sama pada kekurangan atau kelebihan waktu tidur yang dianjurkan.

Sumber-sumber tersebut menyebutkan, tidur yang banyak di akhir pekan, akan menyebabkan kelelahan, penyakit jantung, depresi, sakit kepala, obesitas, mudah lupa, serta meningkatkan pula risiko terserang diabetes.

Hal tersebut disebabkan karena circadian rhythm tubuh Anda menjadi kacau, berbeda dengan waktu tidur dan bangun seperti biasanya.

Nah, dengan demikian, Anda dituntut bijaksana dalam mengatur waktu tidur demi kesehatan tubuh kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun