Kontrak damai pun pernah terjadi antara Israel dan Palestina serta Arab. Dua konferensi tahun 1993 di Oslo dan 1991 di Madrid digelar.
Tapi baik peperangan dan kontrak damai tadi tidak menghasilkan hak bangsa Palestina dihargai. Arab dan Palestina gagal merebut kembali tanah mereka yang dicaplok Israel.
Panggung politik Israel pun sudah lama dikuasai oleh aliran ortodoks yang jelas-jelas sangat anti perdamaian.
Kontrak terakhir pada 2014 juga gagal lagi gagal lagi, karena Israel mendirikan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
Harapan perdamaian pun diperburuk dengan terjadinya perseteruan di antara bangsa-bangsa Arab sendiri. Ditambah lagi, sejumlah negara Arab dengan Israel kini sering mengadakan kunjungan timbal balik. Mesra.
Dengan demikian, tanpa sokongan dari negara-negara Arab, Palestina kini semakin berjuang sendirian.
Presiden Israel, Reuven Rivlin, bisa saja meminta Benny Gantz untuk membuat pemerintahan jika partainya mendapat dukungan dari Joint List.
Namun ada tiga orang dari 13 kursi yang diraih Joint List yang memutuskan tidak mau mendukung siapapun.
Kendati warga Arab marah kepada Benny Gantz tapi mereka mau mendukungnya demi menjatuhkan Netanyahu. Gantz menjadi komando pada tahun 2014 ketika Israel menyerang Gaza. Tapi kemarahan kepada Netanyahu lebih besar lagi.
Alhasil, dengan dukungan dari partai Arab, Gantz sudah memperoleh setidaknya 43 kursi Knesset.
Adapun Gantz enggan mengikuti ajakan Netanyahu untuk gabung, karena Netanyahu menyalahgunakan dana negara dan korupsi.