Jika ditambah dengan koalisinya, Uni Demokrat, Gesher, Biru Putih hanya memperoleh 44 kursi.
Partai lainnya adalah Partai Yisrael Beitenu pimpinan Avigdor Lieberman hanya memperoleh 9 kursi.
Semua itu dihitung berdasarkan pada 98 persen suara yang sudah masuk (Jum'at, 20/9/2019).
Sementara konflik antara Israel dan Palestina terus bergema semenjak dahulu, Partai Joint List pimpinan Ayman Odeh memperoleh hasil yang mengejutkan.
Partai Joint List adalah partai Arab di sana yang merupakan aliansi dari empat partai yaitu United Arab List, Ta'al, Hadash, dan Balad.
Orang Arab di Israel ada 20,94 persen atau sekitar 1,89 juta dari total penduduk Israel yang 8,71 juta orang. Selama ini mereka dirasis dan didiskriminasi di sana.
Dari 98 persen suara yang sudah masuk, Partai Joint List mendapatkan sebanyak 13 kursi, ini berarti 10 persen lebih dari 120.
Perolehan 13 tersebut merupakan pencapaian terbaik selama ini dan menyamai pencapaian pada pemilu 2015. Pencapaian kursi terbesar semenjak berdirinya negara Israel pada 1948.
Dengan demikian, Joint List kini menjadi kekuatan ketiga terbesar di Israel setelah Biru Putih dan Likud.
Alhasil, setitik harapan pun terbit seiring perolehan Partai Joint List meraih kursi yang cukup besar minggu lalu.
Sejak dahulu kala, Palestina dan Israel seperti anjing dan kucing, tidak pernah berteman. Perjuangan "kaum Filistin" untuk merdeka dengan cara melakukan peperangan tercatat di tahun-tahun 1973, 1967, 1956, dan 1948.