Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket

Tidak Ada Eksploitasi Anak, Teruskan Audisi

13 September 2019   07:00 Diperbarui: 13 September 2019   07:08 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moeldoko meninjau GOR Djarum (rancah.com)

KPAI tidak berpikir panjang soal keukeuh mereka yang mendesak PB Djarum supaya menghentikan aktivitas ajang pencarian bakat Audisi. Sami mawon dengan YLA (Yayasan Lentera Anak).

Bukan dengan maksud menggoyang, lantas PB Djarum memenuhi permintaan KPAI untuk menutup audisi umum bulutangkis yang sudah berjalan sejak 2006 lalu.

KPAI dan YLA menuding PB Djarum mengeksploitasi anak-anak dalam pelaksanaannya. Menurut kedua lembaga tersebut, PB Djarum harus menyetop, karena anak-anak memakai kaos dengan merek Djarum.

KPAI sempat mengadakan survei kepada anak-anak di 28 propinsi di Indonesia.

Anak-anak diperintahkan menjawab pertanyaan, "Apa yang terpikir olehmu ketika mendengar kata 'Djarum'?

Anak-anak tersebut menjawab, jarum jahit.

Ada lagi yang menjawab, Jarum Beasiswa Bulutangkis.

Namun, mayoritas menjawab, rokok.

KPAI beralasan, PB Djarum telah melanggar UU. Dalam UU tersebut, dikatakan perusahaan rokok dilarang menjadi sponsor dalam aktivitas.

"Kecuali pemerintah memberikan dana Rp 100 miliar, PBSI bisa menangani anak-anak usia dini mewujudkan mimpinya menjadi atlet bulutangkis. DPR sudah menyatakan tidak sanggup menyediakan biaya sebesar itu. Dengan begitu, kami harus mencari swasta," ujar Sekretaris Jenderal PB PBSI, Achmad Budiharto, Rabu (11/9/2019) di Ritz-Carlton Hotel, Jakarta.

Audisi yang telah melahirkan pebulutangkis-pebulutangkis beken seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo dan lain-lain itu, menurut Budiharto memberi dampak pada ekosistem tepak bulu.

Dampak pertama, berkaitan dengan rekrutmen pendidikan. Yang kedua, dengan adanya audisi, maka inilah juga ilmu pemasaran tepak bulu. Yang ketiga, dengan adanya audisi, maka orang yang tidak tahu menjadi tahu.

Dampak lainnya adalah multi player effect. Akan banyak orang tua yang mendorong anaknya bermain tepak bulu, lalu muncul klub-klub kecil di daerah. Dengan begitu tumbuh putaran bisnis. Karena bulutangkis butuh kok, raket, sepatu, juga kaos.

Budiharto mengamini banyak klub-klub tepak bulu di Indonesia, tapi tidak ada yang semampu PB Djarum Kudus.

"Paling ada Mutiara Cardinal, tapi itu hanya di kandang sendiri, terbatas," jelas Budiharto.

Budiharto mengamini, selama ini PB Djarum paling banyak menelurkan pemain-pemain bulutangkis dunia.

Nah, bagaimana kalau pihak istana sendiri yang turun tangan menempeleng KPAI?

Untuk itu, pada Kamis (12/9/2019), Kepala Staf Kepresidenan RI mengadakan kunjungan ke Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Di tempat pembinaan atlet bulutangkis PB Djarum tersebut, GOR Djarum, KSK Moeldoko melihat langsung aktivitas di PB Djarum, fasilitas penunjang, mess, juga para atlet binaan.

Moeldoko ingin mengetahui apakah benar ada ekploitasi.

"Saya mendengar pernyataan mengejutkan, tapi kini saya lihat sendiri, mengecek. Tidak ada itu ekploitasi. Tidak ada pemanfaatan. Tidak ada," jelas Moeldoko.

"Jangan dibolak-balik, justru di sini ada eksploitasi pembinaan untuk menjadi juara. Ini ekploitasi positif, tak ada juara tanpa kerja keras," imbuh Moeldoko lagi.

Moeldoko berharap jika ada kata "ekploitasi anak" itu bukanlah untuk promosi produk. Tapi itu untuk mengasah kemampuan anak mewujudkan mimpinya menjadi juara. 

"Jangan diartikan eksploitasi, tidak. Ketika saya tanya anak-anak satu per satu, mereka semua happy, bangga, dan senang. Menjadi juara memang begitu, harus latihan keras," papar Moeldoko.

Nah, sepertinya Pak Jokowi mengutus stafnya untuk mengklirkan situasi.

Ayo, Djarum lanjutkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun