Dampak pertama, berkaitan dengan rekrutmen pendidikan. Yang kedua, dengan adanya audisi, maka inilah juga ilmu pemasaran tepak bulu. Yang ketiga, dengan adanya audisi, maka orang yang tidak tahu menjadi tahu.
Dampak lainnya adalah multi player effect. Akan banyak orang tua yang mendorong anaknya bermain tepak bulu, lalu muncul klub-klub kecil di daerah. Dengan begitu tumbuh putaran bisnis. Karena bulutangkis butuh kok, raket, sepatu, juga kaos.
Budiharto mengamini banyak klub-klub tepak bulu di Indonesia, tapi tidak ada yang semampu PB Djarum Kudus.
"Paling ada Mutiara Cardinal, tapi itu hanya di kandang sendiri, terbatas," jelas Budiharto.
Budiharto mengamini, selama ini PB Djarum paling banyak menelurkan pemain-pemain bulutangkis dunia.
Nah, bagaimana kalau pihak istana sendiri yang turun tangan menempeleng KPAI?
Untuk itu, pada Kamis (12/9/2019), Kepala Staf Kepresidenan RI mengadakan kunjungan ke Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Di tempat pembinaan atlet bulutangkis PB Djarum tersebut, GOR Djarum, KSK Moeldoko melihat langsung aktivitas di PB Djarum, fasilitas penunjang, mess, juga para atlet binaan.
Moeldoko ingin mengetahui apakah benar ada ekploitasi.
"Saya mendengar pernyataan mengejutkan, tapi kini saya lihat sendiri, mengecek. Tidak ada itu ekploitasi. Tidak ada pemanfaatan. Tidak ada," jelas Moeldoko.
"Jangan dibolak-balik, justru di sini ada eksploitasi pembinaan untuk menjadi juara. Ini ekploitasi positif, tak ada juara tanpa kerja keras," imbuh Moeldoko lagi.
Moeldoko berharap jika ada kata "ekploitasi anak" itu bukanlah untuk promosi produk. Tapi itu untuk mengasah kemampuan anak mewujudkan mimpinya menjadi juara.Â