"Derbi Melayu" antara Indonesia dan Malaysia selalu saja menyimpan cerita menarik, penuh kenangan, dan dramatis.
Kendati serumpun, namun dalam sepakbola keduanya musuh abadi.
Konflik politik di era 60-an dengan kata-kata kecaman dari Presiden Republik Indonesia, Soekarno, "Ganyang Malaysia!" menjangkiti sepakbola. Pidato Soekarno tersebut menjadi penyemangat Timnas Indonesia saat bentrok dengan Timnas Malaysia.
Laga, baik di Jakarta maupun Kuala Lumpur, selalu dipadati penonton, sering muncul insiden-insiden kontroversial.
Sinyal itu menandakan duel antara Indonesia dan Malaysia bukan sekedar olahraga, namun pertaruhan gengsi kedua bangsa.
Rully Nere, mantan bek Indonesia yang main di final SEA Games 1987 di Senayan, mengatakan, setiap duel lawan Malaysia selalu muncul semangat berlipat. "Indonesia boleh kalah dengan yang lain, tapi tidak dengan Malaysia," Rully Nere mengibaratkan.
Apa yang dirasakan Rully Nere itupun diwariskan kepada yuniornya sekarang.
Dalam sebuah waktu, gelandang Hanif Syahbandi menyatakan, laga melawan Malaysia selalu sentimentil karena persaingan puluhan tahun. "Kami dalam kondisi siap, mohon doa dan dukungannya," ujarnya.
Jika merunut agak ke belakang, Malaysia kerap menjadi momok bagi Indonesia. Sakit hati akibat kalah dramatis 4-3 lewat adu penalti di final SEA Games 2011 di Senayan masih terasa. Kala itu, Indonesia yang dilatih Rahmad Darmawan bermain seri 1-1 sampai babak perpanjangan.
Sebelumnya, di penyisihan Grup A, Indonesia juga kalah tipis 0-1 dari Malaysia, sehingga Indonesia menjadi runner-up.
Andik Vermansyah masih ingat benar drama itu, "Sering nyesek, suporter di Senayan luar biasa, kita bermain bagus, tapi keberuntungan berpihak ke Malaysia," kata Andik.