Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Halal, Mengapa Tidak di Nusantara Saja?

25 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 25 Mei 2019   08:48 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata halal di Lombok (halaltravelalliance.com)

Tahun ini, Lembaga Pemeringkat Mastercard-Crescent menempatkan Indonesia sebagai urutan pertama destinasi halal dunia. Global Muslim Travel Index (GMTI) memberikan skor yang sama dengan Malaysia, yaitu 78.

Indonesia berada di urutan pertama GMTI di antara 130 destinasi halal di seluruh dunia pada 2019.

Jika dirunut ke belakang, urutan Indonesia terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Adapun di 2015 Indonesia berada di peringkat 6 GMTI, 2016 menjadi peringkat ke 4, ke 3 di 2017, ranking 2 pada 2018.

Kini, 2019 di peringkat pertama.

Beberapa waktu lalu, CEO Crescent Rating Fazal Bahardeen mengungkapkan Indonesia menjadi satu-satunya negara yang paling progresif dalam mengembangkan tujuan wisata halal.

Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain adalah membuat Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengacu pada GMTI.

Penilaian GMTI berasaskan empat kriteria, yaitu access, communication, enviroment, dan service.

Maka IMTI juga mengacu pada empat kriteria tersebut.

Pemerintah juga aktif dan kreatif memberikan bimbingan teknis serta workshop 10 tujuan wisata unggulan halal di tanah air.

Menteri Pariwisata Arief Yahya bersyukur dengan apa yang direncanakan. "Akhirnya target kita tercapai menjadi tujuan wisata halal," sembari Menpar menyatakan bahwa untuk mencapai kemenangan harus direncanakan.

Dengan berada di peringkat teratas, diharapkan akan lebih banyak lagi wisatawan yang akan berkunjung ke Nusantara. Dari target 20 juta wisatawan, pemerintah menetapkan di antaranya 5 juta dari halal.

Direktur Mastercard Indonesia Tommy Singgih mengatakan pasar wisata halal dunia mengalami lonjakan yang tinggi. Hingga tahun 2020 diprediksi meningkat 35 persen atau menjadi sekitar US$ 300 miliar dari US$ 220 miliar di tahun 2016.

Sangat menjanjikan bukan?

Adapun 10 besar destinasi halal dari GMTI tahun 2019 adalah: peringkat 10 Brunei Darussalam, 9 Oman, 8 Bahrain 7, Maroko, 6 Qatar, 5 Uni Emirat Arab, 4 Arab Saudi, 3 Turki, 2 Malaysia, dan Indonesia di peringkat teratas.

Keberhasilan kita lebih lengkap lagi, bahwa 5 dari 10 tujuan wisata halal terbaik dunia 2019 berada di Nusantara.

Menpar Arief Yahya mengatakan luar biasa, kelima destinasi tersebut adalah Sumatera Barat, Jakarta, Kepulauan Riau, Aceh, dan Lombok.

Adapun seperti disebutkan di atas, penilaian tersebut adalah berdasarkan aksesibilitas, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan.

Tahun ini Sumatera Barat memperoleh 59 poin, atau naik empat poin dari 2018. Jakarta juga 59 angka, naik 3 poin. Sedangkan Lombok naik 2 angka menjadi skor 70.

Untuk Kepulauan Riau menjadi 62 angka, atau naik 13 dari 2018. Aceh tahun ini 66 poin.

Menpar memuji kelima destinasi tersebut karena memiliki perkembangan infrastruktur yang luar biasa. "Lombok indikator aspeknya sangat bagus," ujar Menpar.

Itu sebabnya mengapa poinnya naik memuaskan, kata Menpar.

Aceh dan Kepulauan Riau menurut Menpar selain wilayah itu ditopang fasilitas terbaik, juga atraksi-atraksi yang memikat. "Saya harap wisatawan merasa nyaman berdestinasi ke area tersebut," ujar Arief.

Lebih lanjut Menpar mengatakan Lombok kini berkembang dan kini memiliki sekitar 9600 kilometer jalan. Dua pelabuhan, juga Bandara yang luas. Aceh memiliki 1,1 juta kilometer jalan, 126 rute bis antar kota, 12 Bandara domestik dan satu Bandara internasional.

Aksesibilitas lainnya untuk Riau: jalan 1,3 juta km, 84 rute bis, dan dua Bantara internasional.

Menpar Arief Yahya juga menjelaskan mengenai aspek komunikasi di lima destinasi tersebut.

Aspek pelayanan, ini adalah fasilitas publik. Misalnya, mesjid, restoran yang bersertifikat halal, hotel bersertifikat halal, warisan Islam, event-event yang berbau Islamik, atraksi Islamik, dan paket halal.

Senada dengan destinasi lain, Jakarta memiliki hotel bersertifikat halal, sertifikat dapur halal serta no pork. Jakarta juga punya event-event Islamik, atraksi Islamik, 20 situs warisan Islam.

Arief Yahya juga menjelaskan jumlah kunjungan wisatawan di lima destinasi tersebut. Misalnya Lombok, dengan sekitar 1,2 juta wisatawan, 720 ribu orang di antaranya Muslim.

Arief mengatakan, karena destinasi halal bukan saja dikunjungi oleh wisatawan Muslim, tapi juga non Muslim.

Kunjungan wisatawan menaik karena semua aspek terjaga. Sembari Arief berharap bakal ada banyak destinasi yang mengembangkan wisata halalnya.

Nah, menjelang Lebaran nanti, kemanakah Anda merencanakan untuk berlibur atau berwisata. Ke luar negeri? Atau mengapa jauh-jauh ke negeri orang. Di Indonesia saja. Berwisata halal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun