Kaitan elektoral antara capres dan cawapres peserta Pemilu 2019 tidak terlihat dengan jelas.
Dari data 93,9 persen suara yang sudah masuk berdasarkan Litbang Kompas, lima dari 10 partai politik memperoleh kenaikan ketimbang Pemilu Legislatif 2014 lalu. Kelima parpol yang dimaksud adalah NasDem, PKS, PKB, Gerindra, dan PDI-P.
PDI-P adalah partainya pak Jokowi, Gerindra partainya pak Prabowo dan Sandiaga Uno, PKB adalah partainya pak Ma'ruf Amin.
Dua contoh perolehan suara di Jawa Barat yang sudah disebutkan di atas, Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki peningkatan suara yang lebih besar dibandingkan perolehan suara partai ekor jas.
Kendati real count resmi baru diumumkan pada 22 Mei 2019 oleh KPU, namun tidak akan meleset perkiraan sekarang yaitu ada sembilan partai politik yang akan memperoleh minimal 4 persen threshold untuk duduk di pusat nanti.
"Efek ekor jas memang ada, tapi tidak signifikan," kata Wakil Sekjen PDI-P Eriko Sotarduga. PDI-P memang tidak kesulitan memperoleh suara berkah pak Jokowi.
Lebih lanjut, Eriko mengatakan pemilu serentak kali ini membuat parpol harus berbagi fokus antara memenangkan partainya atau mendukung capres dan cawapres.
Eriko juga menyatakan masyarakat sekarang lebih teliti memilih tidak semata-mata karena ekor jas.
Eriko juga menjelaskan, daerah-daerah basis pak Jokowi mendapat suara sangat tinggi berdasarkan hitung cepat. Hal tersebut membuktikan, suara PDI-P tidak semata-mata diperoleh karena pak Jokowi, tapi juga karena kader mesin partai PDI-P.
Eriko menilai kader mesin partai PDI-P sangat lincah bergerak sampai ke desa-desa.
Waket Tim Pemenangan Pemilu PKS juga menyatakan kenaikan suara partainya dikarenakan mesin partai yang perkasa. Selain pengusung Prabowo-Sandi, PKS juga memiliki kader-kader ormas Islam, habib, dan ulama.