Kata-kata Prabowo dalam orasinya di Rapat Akbar pada Minggu (7/4/2019) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta mendapat tanggapan dari berbagai pihak.
Dalam orasinya, Paslon 02 Prabowo mengatakan bahwa dirinya sudah bertahun-tahun berkeliling Indonesia dan rakyat Indonesia sudah tidak sabar menginginkan perubahan, dan rakyat menginginkan agar kekayaan negara yang dilarikan ke luar negeri diambil lagi ke Indonesia.
Menurutnya selama ini ia mengatakan kekayaan Indonesia Rp 1.000 triliun dibawa ke luar negeri, tapi tiba-tiba KPK mengatakan jumlah yang dilarikan malah Rp 2.000 triliun.
Mengenai kartu-kartu baru yang akan diterbitkan Paslon 01, ia mengatakan kita butuh pekerjaan bukan kartu. Kita membangun banyak infrastruktur, nanti rakyat kita bagi-bagi kartu.
Mengenai angka kemiskinan yang menurun dan harga-harga terkendali, Prabowo mengatakan menurun dari kakek ke cucu.
Mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5%, Prabowo mengatakan ndasmu.
Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf sangat menyesalkan kata-kata yang dikeluarkan. "Ndasmu" adalah bahasa Jawa yang berarti "kepalamu" tentang pertumbuhan ekonomi 5% di pemerintahan Jokowi.
Menurut Hasto Kristiyanto, sebagai seorang pemimpin tak pantas Prabowo mengucapkan kata itu, sangat kasar.
Hasto yakin masyarakat akan ingat dengan kata itu dan akan memilih pemimpin yang membawa kebahagiaan.
Prabowo tidak bisa melihat apa yang terjadi dengan pertumbuhan yang nyata keberhasilan Jokowi. Rakyat akan ingat dengan kata itu, Prabowo hanya berhalusinasi dengan masa lalu.
Kata ndasmu yang dilontarkan Prabowo jelas menunjukkan karakter Prabowo sebagai sosok yang emosional. Hal itu sangat buruk untuk dilakukan di hadapan publik.
Mengenai kebocoran anggaran yang dilontarkan Prabowo, cawapres Paslon 01 Ma'ruf Amin mengatakan silakan saja laporkan ke KPK kalau ada kebocoran anggaran.
Jika ada kebocoran, lapor saja ke KPK, bocornya dimana, tidak jelas, kata Amin di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (8/4/2019).
Itu narasi yang tidak jelas. Kata Amin lagi.
Jubir TKN Ace Hasan Syadzily berpendapat senada dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bahwa kampanye akbar di GBK memang eksklusif dan tidak lazim.
"Prabowo ingin mengulang sentimen 212 dengan seruan membacakan fatwa MUI, orasi politik berbungkus tausiyah, dan sholat berjamaah"
Kendati dibungkus dengan tausiyah namun orasi politik Paslon 02 masih dipenuhi dengan kebencian terhadap Paslon 01.
Menurut Ace lagi, orasi Prabowo cuma mengandalkan politik identitas, tidak ada gagasan, ide dan program yang disampaikan.
Politik identitas sangat berbahaya karena dapat memecah belah bangsa. Penampilan tokoh agama lain asal comot saja, tidak representatif.
Kata "ndasmu" juga dirasakan aneh oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu, 5% itu bukan kita saja yang bilang, seluruh dunia juga bilang.
"Kok, kasar gitu?" kata Luhut.
"Emang kita bego?" kata Luhut menyanggahi perkataan Prabowo di Rapat Akbar bahwa kekayaan kita Rp 2.000 triliun disembunyikan di luar negeri. Prabowo menyebut jumlah Rp 2.000 triliun itu mengaca kepada laporan KPK.
"Selama saya mengatakan Rp 1.000 triliun kekayaan kita lari ke luar negeri, malah KPK melaporkan Rp 2.000 triliun," kata Prabowo di Rapat Akbar.
Bagi orang Sunda, barangkali timbul pertanyaan: naon tah ndasmu teh?
Suasana panas pemilu harus didinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H