Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dampak Buruk Polusi bagi Kita

2 April 2019   06:00 Diperbarui: 2 April 2019   06:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) baru-baru ini mengadakan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ada kaitan antara kebahagiaan dengan polusi udara.

Penelitian tersebut melibatkan micro blogging terbesar di negeri tirai bambu, yaitu Sina Weibo.

Para peneliti menganalisis 210 juta tweet yang berasal dari 144 kota di Tiongkok.

Para peneliti mengetahui tingkat PM (Particulate Matter) masing-masing kota dari Departemen Perlindungan Lingkungan Tiongkok.

Setiap keluhan, nada caci maki, atau emosi dari masing-masing tweet  lantas dibandingkan dan dicocokkan dengan tingkat PM tadi.

Penelitian tersebut akhirnya menghasilkan kesimpulan terdapat kaitan antara tingkat polusi yang ada dengan tingkat kebahagiaan. Tingkat polusi yang terjadi, mereka berperilaku impulsif, depresif dan mengalami kecemasan jangka pendek.

Para peneliti juga menemukan polusi mempengaruhi orang untuk bertindak irasional.

Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Nature Human Behaviour.

Kita tahu polusi udara itu bisa berasal dari terutama asap kendaraan, asap pabrik, asap rokok, PLTU, letusan gunung berapi. Penyebab polusi lainnya bisa pula berasal dari pertanian, pertambangan, aktivitas rumah tangga, kebakaran lahan dan hutan, tumpukan sampah, penebangan hutan secara liar, dsb.

Para peneliti lantas memberikan saran untuk menghindari polusi yaitu berpindah ke wilayah yang bebas polusi, kurangi waktu beraktivitas di luar ruangan, dan mengenakan masker atau pemurni udara.

Selain berdampak kepada tingkat kebahagiaan, polusi udara juga berdampak buruk bagi perekonomian, dan menurunkan tingkat kesehatan.

Menurut Ade Imasanti, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari rumah sakit Mayapada, mengatakan bahwa orang yang tinggal di daerah berpolusi memiliki jantung yang lebih besar dibandingkan mereka yang tinggal di daerah yang bebas polusi. Lebih besar berarti telah terjadi pembengkakan, dimana hal tersebut adalah gejala awal dari gagal jantung.

Dalam laporan berjudul "Indonesia's Worsening Air Quality and Its Impact on Life Expectancy" yang terbit Maret 2019, Energy Policy Institute at The University of Chicago mengatakan bahwa polusi udara telah menurunkan angka harapan hidup orang Indonesia sekitar 1,2 tahun.

Seperti disinyalir beberapa waktu lalu, laporan "World Air Quality Report 2018" menyebutkan Jakarta merupakan kota paling tercemar di Asia Tenggara dengan PM 2,5 45,3 ug per m3. Kota di belakang Jakarta adalah Hanoi di Vietnam dengan 40,8 ug per m3.

Itu berarti Jakarta sudah berada pada zona berbahaya, karena standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar aman polusi adalah 10 ug per m3.

Dengan 45,3 ug per m3 itu berarti Jakarta empat kali lipat melebihi standar aman!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun