Ajang Indonesia Masters 2019 yang baru saja usai menjadi turnamen terakhir yang diikuti oleh Lilyana Natsir. Laga final BWF Super 500 yang digelar di Istora Senayan Jakarta menjadi laga terakhir bagi Liliyana Natsir.Â
Kemenangan memang tidak didapat. Berpasangan dengan Tantowi Ahmad, Liliyana kalah dari ganda Cina, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dengan skor 21-19, 19-21, dan 16-21.
Tapi, saat perpisahan tetap saja terasa istimewa, menandakan bahwa Indonesia sangat kehilangan Butet, panggilan akrab Liliyana Natsir. Butet yang sudah memberikan berbagai gelar dan medali untuk negara ini.
Dalam acara perpisahan sebelum melakoni laga final, Liliyana tak kuasa menahan air matanya, beberapa kali ia mengusap air matanya.
Banyak gelar dan medali yang disumbangkannya untuk negeri, puncaknya adalah merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro pada tahun 2016. Bersama Tantowi, Butet menundukkan ganda Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final dengan 21-14 dan 21-12. Lilyana sendiri mengatakan momen paling berkesan selama hidupnya adalah Olimpiade Rio 2016.
Dari ajang SEA Games, Butet memberikan lima medali emas kategori ganda campuran, ganda putri, dan tim.
Sebagai individu, gelar-gelar yang dicapainya antara lain tiga kali beruntun juara All England tahun 2012, 2013, dan 2014. Dari BWF empat gelar tahun 2005, 2007, 2013, dan 2017.
Yang lain juga pernah dimenangkan antara lain Perancis Terbuka, Denmark Terbuka, Cina Terbuka, Singapura Terbuka, Indonesia Terbuka, Malaysia Terbuka, China Masters, dan Indonesia Masters.
"Agak sulit mencari pemain seperti Liliyana," kata pelatih Richard Mainaky.
Namun demikian, Indonesia mempunyai beberapa nama yang mendekati Liliyana. Richard Mainaky menyebut nama antara lain Gloria Emmanuel Widjaja dan Melati Daeva Oktaviani.
Buat Tantowi, Richard Mainaky telah memilih Winny Oktavina Kandow menggantikan Butet. Pasangan itu akan ditampilkan di ajang seperti All England, Jerman Terbuka, Barcelona Spain Masters dengan target utama Olimpiade Tokyo 2020.
Tantowi harus mulai dari nol bersama sandingan barunya, sulit bisa diandalkan dalam waktu singkat.
Indonesia sendiri masih punya ganda campuran lainnya yang kini di peringkat ke 14 dan 15, yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.
Juara Indonesia Masters 2019 Si Wei/Huang Yaqiong menilai kalau Hafiz/Gloria merupakan pasangan yang berbahaya.
Sempat beredar isu, Melati yang disandingkan dengan Praveen sebagai antisipasi mundurnya Liliyana karena Indonesia harus memiliki ganda campuran yang kuat, bulan Mei perhitungan poin Olimpiade 2020 sudah dimulai.
Tidak gampang untuk menempatkan peringkat di bawah 10 besar dunia. Di atas Hafiz/Gloria dan Praveen/Melati berjejer sejumlah ganda jagoan dari berbagai negara seperti Cina, Jepang, Denmark, Thailand, Malaysia, Inggris dan Hongkong.
Di sektor apa pun, pemain Indonesia harus mencontoh teladan apa yang telah dilakukan Lilyana Natsir. Perlu mental tidak cepat puas dengan apa yang telah diraih. Jika juara di turnamen BWF, ada lagi Kejuaraan Dunia, All England, juga Olimpiade atau Asian Games.
Indonesia tidak boleh lengah dalam melakukan regenerasi pemainnya, negara lain kini mereka maju. Bisa dilihat sekarang seperti Spanyol yang punya tunggal putri Carolina Marin yang kini ranking 6 dunia. Indonesia sendiri hanya memiliki Gregoria Mariska Tunjung sebagai tunggal putri utama yang kini berperingkat 15 dunia.
Bukan saja di sektor ganda putra dan ganda campuran, kekuatan yang merata diperlukan di semua sektor. Saatnya memunculkan bintang-bintang baru dunia di sektor tunggal putri, tunggal putra dan ganda putri. Untuk masa emas Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H