Sudah selayaknya semua pihak sadar untuk bersama-sama mengakhiri praktik-praktik kotor, PSSI sebagai induk organisasi kudu introspeksi dan bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk memeberangus praktik-praktik bernoda itu.
Pemenang sejati adalah di lapangan, dengan semangat kejujuran dan sportivitas, bukan dengan cara-cara menjijikkan.
Sementara itu, Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria mengatakan bahwa PSSI besedia membenahi serta membersihkan sepakbola tanah air. Selanjutnya, Tisha juga mengatakan bahwa PSSI bakal membuat Komite ad hoc sebelum Kongres PSSI tanggal 20 Januari 2019.
Hal tersebut di atas dikatakan Ratu Tisha usai dirinya diperiksa tim Satgas Antimafia Bola. Tisha datang ke Dittipidkor Bareskrim Polri, di Gedung Ombudsman, Jakarta dengan mengendarai mobil mewah Jeep Wrangler.
Wanita berusia 32 tahun ini tidak datang sendirian. Ratu Tisha didampingi oleh dua orang yang lantas diketahui berasal dari Siswodihardjo & Partner Law Firm.
Wanita tamatan ITB ini menjelaskan mengapa ia ditemani. "Karena pemeriksaan ini harus dijembatani antara bahasa hukum dan bahasa sepakbola". Itu saja, katanya. Hanya Tisha satu-satunya yang didampingi oleh kuasa hukum.
Dari 40 pertanyaan yang diajukan, Tisha baru menjawab 23 pertanyaan, sehubungan dengan keterbatasan waktu. Sisanya akan dilanjutkan pekan depan.
Sekjen PSSI ini mengatakan PSSI siap berkooperatif dengan kepolisian demi kebersihan bola, pemeriksaan kepada dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan terciduknya empat tersangka match fixing Kamis & Jum'at.
Selain itu, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan tidak tertutup kemungkinannya untuk juga memeriksa Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.
Sejumlah nama telah diperiksa Satgas Antimafia Bola, namun pemanggilan kepada Ketua Umum PSSI tergantung dari hasil pemeriksaan mereka yang sudah ditetapkan. Dedi Prasetyo menjelaskan.
Kinerja Satgas Antimafia Bola memunculkan asa lahirnya kompetisi yang bersih dan berkualitas. Kinerja itu diharapkan bukan saja menjaring ikan teri, tapi juga ikan kakap.