Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengusung tema Natal 2018 ini "Yesus Kristus Hikmat bagi Kita". Tema ini berisi seruan untuk menghormati hak azasi setiap orang.
Perayaan Natal bukan saja mengenakan pakaian yang layak, dan bukan juga hanya sekedar bersukacita dengan bernyanyi dan berdoa, tetapi juga bagaimana umat Kristiani sebagai bangsa, ikut merealisasikan Indonesia yang lebih menjunjung tinggi hak azasi setiap orang demi Indonesia yang lebih mulia dan baik.
Menyadari hal itu, sebagai bentuk keadilan dan hak setiap orang, Presiden Joko Widodo telah membagi-bagikan keadilan dan azasi itu dalam wujud berbagai kartu, di antaranya adalah Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Keadilan dalam segala bidang.
Tapi masalah HAM masih belum selesai. Pelanggaran HAM di masa lalu masih terbengkalai. Hak beribadah masih juga ada hambatan.
Para petinggi negara masih juga berbuat curang, tak bosan-bosannya mereka mencuri, menjarah harta negara. Belum lagi mereka yang menjarah dan mengeksploitasi kekayaan alam kita demi kesenangan diri sendiri.
Indonesia pun perlu disadarkan bahwa negeri kita berada di zona cincin api.
Meski sedang dirundung duka dan bencana, Indonesia harus tetap waspada memasuki optimisme tahun politik 2019.
Indonesia membutuhkan pemimpin dan anggota legislatif yang penuh hikmat.
Ingat sila keempat Pancasila kita, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan."
Mari kita berdoa dan mewujudkan rasa persaudaraan dan kemanusiaan kepada mereka yang sedang dirundung duka dan bencana.
Selamat merayakan Natal 2018 bagi umat Kristiani dan mereka yang merayakannya.