Tahun ini, Bhayangkara FC di tangannya menduduki peringkat ketiga klasemen akhir.
Simon McMenemy telah akrab dengan beberapa pemain Indonesia seperti Evan Dimas, dan lain-lain. Kedekatan inilah yang menjadi nilai lebih bagi Simon, ketimbang PSSI memilih pelatih yang sama sekali buta dengan Indonesia.
Bagi Simon McMenemy sendiri, menjadi pelatih Timnas Garuda merupakan mimpi yang menjadi kenyataan, dirinya pernah menyatakan ketertarikannya untuk menangani Timnas Garuda.
Di tengah haus masyarakat tanah air akan prestasi, melatih Garuda baginya merupakan tantangan dan bukanlah tugas yang ringan.
Simon punya pengalaman lebih mengenal sepakbola tanah air, ketimbang Alfred Riedl atau Luis Milla yang tiba-tiba saja menangani Garuda.
Simon pernah dielu-elukan dan dianggap sebagai pahlawan bagi Filipina, ketika The Azkals yang sebelumnya hanya sebagai pelengkap saja di AFF berhasil menembus semifinal, sehingga The Azkals mulai berbicara di kawasan Asia Tenggara. Sepakbola menjadi lebih populer setelah mereka ke semifinal, yang mana sebelumnya kurang populer ketimbang cabang olahraga lain, seperti basket.
Filipina pun mencatat sejarah melalui Simon McMenemy.
Habis kontrak dengan Bhayangkara FC terhitung 1 Januari 2019, Simon McMenemy kini mewujudkan mimpinya menjadi pelatih Timnas Indonesia.
Catatan Labbola, bersama tiga klub Indonesia yang dilakoni Simon cukup baik. 47 menang, 30 seri, 16 kalah. Memasukkan 140 gol, kebololan 113 gol. Clean sheet 23 laga.
Mampukah Simon McMenemy memuaskan asa penggemar Garuda berprestasi seperti yang pernah dilakukan pada beberapa tim yang ditukanginya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H