Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mari Jaga Kesadaran akan Kebersihan Jamban

24 November 2018   03:45 Diperbarui: 24 November 2018   05:02 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengaca pada data yang ada, disebutkan kalau sekitar 40 persen penduduk Indonesia belum menikmati dan mempunyai fasilitas sanitasi WC yang memadai.

Kondisi WC di Indonesia merupakan salah satu yang terburuk di dunia. Ini disebabkan karena WC dianggap hanya untuk "urusan ke belakang" saja. WC/jamban merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Oleh karena satu dan lain hal, masyarakat masih meremehkan urusan jamban ini.

Beberapa masalah yang bisa timbul yang disebabkan oleh karena sanitasi yang buruk antara lain adalah penyakit infeksi saluran kencing, tifus, infeksi saluran napas, dan diare.

Lalu bagaimanakah kriteria WC yang sehat itu?

Syarat-syarat untuk suatu sanitasi jamban yang baik adalah sebagai berikut ini:

1. Ada sabun dan tempat cuci tangan.

Supaya sehat, seseorang harus mencuci tangan, baik sebelum atau setelah ke jamban. Tangan yang tidak bersih bisa menebarkan kuman yang menimbulkan penyakit.

2. Adanya air bersih.

Air bersih dibutuhkan untuk jamban dengan jumlah yang cukup.

3. Tetap kering.

Jagalah lantai dan dinding dimana terdapat jamban agar tetap kering. Selain mengamankan pengguna jamban, dinding dan lantai yang kering adalah untuk menyetop berkembang biaknya kuman-kuman.

4. Pencahayaan dan ventilasi ruang jamban.

Dengan adanya pencahayaan dan ventilasi yang cukup dimaksudkan agar ruangan tidak lembap. Ruangan WC yang lembap menjadi kesenangan kuman-kuman untuk bersarang, mereka berkembang biak di tempat lembap. Tentu saja kuman-kuman itu dapat membahayakan kesehatan.

5. Tetap bersih.

Sebaiknya kloset dibersihkan secara rutin setelah tiga kali pakai, sehingga kloset dapat terjaga kebersihannya. Kloset yang bersih dan higienis merupakan salah satu syarat jamban yang sehat.

Itulah beberapa kriteria untuk sebuah WC yang sehat. 

Permasalahannya yang timbul kemudian adalah dimana masyarakat kita kurang kesadarannya untuk memelihara kebersihan dan higienitas jamban. Jamban disini, meliputi baik jamban pribadi, jamban umum, dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) umum.

Jamban yang kotor dan tidak higienis antara lain disebabkan kurangnya kesadaran dari berbagai pihak yang terkait. Contohnya, tidak atau kurang diajarkan mengenai kebersihan diri, atau kloset semenjak dini di rumah maupun sekolah dan tempat umum.

Mengaca pada Data Pokok Pendidikan tahun 2016, baru 65 persen Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai fasilitas air bersih. 

Masalah lainnya adalah masih ada toilet sekolah yang tidak terpisah antara toilet untuk perempuan dan laki-laki.

Statistik berbicara untuk sekolah rasio saat kini, keberadaan toilet adalah 1 toilet untuk 117 murid wanita, dan untuk laki-laki rasionya 1 toilet untuk 122 murid. Masih jauh melenceng dari rasio yang telah ditentukan oleh Kemdikbud, yaitu untuk pria rasionya haruslah 1 berbanding 60, dan untuk wanita rasionya haruslah 1 berbanding 50.

Sejumlah data-data untuk sekolah-sekolah di DKI Jakarta memperlihatkan masalah sanitasi masih kacau balau. Contohnya, di salah satu SMP, hanya terdapat 1 toilet untuk murid laki-laki, 2 untuk wanita, 2 toilet untuk 20 guru, padahal jumlah murid di SMP tersebut mencapai 414 siswa.

Di SMP lain, toiletnya kotor dan berbau, serta tidak adanya sabun dan tempat cuci tangan. Di SMP tersebut ada 20 toilet untuk sekitar 600 siswa dan puluhan guru.

Di salah satu SDN di Jakarta, dari 394 siswa yang ada hanya 1 dari 7 toilet yang diperlengkapi dengan sabun.

Melihat ke kota Bogor, Jawa Barat.  Upaya pendidikan tentang kebersihan sudah dicanangkan di sekolah-sekolah  sejak tahun 2009. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Fahrudin mengatakan, perubahan akan terlihat lima tahun ke depan, dan lima tahun lagi akan terlihat hasilnya.

Lahan yang kurang juga menjadi kendala pembangunan toilet di sekolah. Menurut peraturan yang ada, luas area untuk sebuah SD atau SMP adalah minimal 3.000 meter persegi. Tapi kenyataannya, banyak SD dan SMP yang luasnya hanya 1.000 meter persegi. Hal itulah yang menjadi salah satu kendala untuk mendirikan sebuah toilet di sekolah, yaitu lahan sekolah yang kurang luas.

Salah satu kesalahan lain dari masalah sanitasi, menurut Wawan Heru Suyatmiko, selaku manajer riset Transparancy International Indonesia, adalah tidak matangnya perencanaan pembangunan toilet yang didanai oleh bantuan operasional sekolah. Jumlah jamban yang dibangun tidak sesuai kebutuhan.

Toilet menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi manusia. Namun, harus diingat dan dijaga kebersihannya. Jika kotor, selain berbau, toilet yang kotor dapat menimbulkan masalah dan keresahan bagi manusia. Mari jaga kesadaran akan kebersihannya.

Kita semua juga pemerintah harus menyadarkan warga yang sering buang hajat sembarangan. Ketersediaan septic tank,  sangat diperlukan dalam hal sanitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun