Hari-hari dipenuhi olahraga.
Dimulai dari perebutan Piala Thomas dan Uber di bulan Mei, yang hasilnya kita belum sempat untuk memegang kembali. Piala kedua lambang supremasi bulutangkis pria dan wanita tersebut.
Bulan Juni dan memasuki Juli disini ada Piala Dunia, di Indonesia ada kejuaraan Piala AFF U-19, bulutangkis Indonesia Open, persiapan menuju Asian Games bulan Agustus, Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 September, dan tentunya semua itu berhubungan dengan"kita" bagi Anda suporter atau pendukung tim kesebelasan di terutama liga 1 Gojek ataupun liga 2 Indonesia. Bagi Anda dari kota Malang ingin menyaksikan Arema, jika Anda dari Jawa Barat ingin menyaksikan Persib bertanding, dan sebagainya.
Sembari melakukan tugas-tugas kita baik di pekerjaan, usaha atau kesibukan lainnya, juga untuk memenuhi kebutuhan undangan-undangan ini itu serta segudang aktivitas lain, menyaksikan pertandingan-pertandingan tersebut.
Masih berkaitan dengan olahraga, jika Anda melakukan olahraga di cuaca panas.Â
Sebagian wilayah kita di negeri ini sedang mengalami musim kemarau yang  panjang. Menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) musim kemarau dimulai pada bulan April - Juni 2018 yang terjadi di sebagian wilayah, sedang puncaknya terjadi pada bulan Agustus dan September 2018.
Musim kemarau atau cuaca panas yang berkaitan dengan tubuh kita maka hawa panas itu akan berpengaruh kepada aktivitas fisik. Di daerah khatulistiwa seperti di Indonesia suhu udara bisa mencapai hingga 30C sampai 35C yang mana hal itu merupakan suatu cuaca yang sangat panas. Perlu diketahui, kalau yang disebut suhu nyaman untuk bekerja adalah berkisar pada 20C sampai 24C. Pada suhu tersebut semua akan terasa nyaman dan kegiatan fisik pun juga tidak akan terganggu.
Perlukah olahraga di cuaca panas?
Mesti panas menyengat, olahraga tetap penting. Studi terbaru di Journal of Strength and Conditioning Research mengungkap sejumlah strategi efektif untuk menghadapi  udara panas tanpa mengorbankan kesehatan.
Saat cuaca panas, jantung kita bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke kulit, yang memungkinkan panas dalam tubuh untuk menguap. Tetapi, hal ini juga membuat kita merasa letih, lesu, dan berada pada risiko mual sampai heatstroke.
Karena itu, para ilmuwan selalu berusaha mencari cara terbaik untuk menanggulangi panas bagi mereka yang ingin tetap rutin olahraga. Tak terkecuali tim di Enviromental Extremes Laboratory, University of Brighton, yang merekrut sejumlah partisipan untuk mencoba berbagai strategi berlari di tengah suhu 32C.
Hasilnya? Tim ilmuwan yang dipimpin Carl James, pakar fisiologi senior di National Institute of Sports, Malaysia, tersebut mendapati bahwa manfaat lebih besar didapat dari aklimatisasi ketimbang precooling - mendinginkan tubuh secara temporer sebelum olahraga.
Aklimatisasi yang bisa dilakukan antara lain mandi air panas selama 30 menit setelah berlari 30 menit di bawah cuaca panas, sehingga kita bisa meningkatkan adaptasi tubuh terhadap panas.
Precooling juga tetap jadi pilihan. Caranya? Sebelum mulai olahraga, minumlah banyak air dingin atau tempelkan kompres es di kulit. Anda juga bisa memanfaatkan pakaian khusus, seperti rompi pendingin yang disimpan di freezer dan dipakai 20 menit sebelum berolahraga.
Selain itu, saat cuaca terik, sebaiknya kurangi waktu di luar ruang dan lakukan olahraga pada tempo lebih lambat. Saat tubuh sudah bisa beradaptasi, baru Anda bisa meningkatkan tempo secara perlahan.
Kapan tubuh beradaptasi? Bergantung pada stamina dan toleransi panas setiap orang, lama adaptasi terhadap cuaca panas bisa berlangsung dari 4-5 hari sampai 2 minggu. Yang pasti, selalu minum banyak air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H