Apa yang membuat homesickness berhasil dilalui dan si perantau bisa bertahan?
Fitria menyebut, hal yang memotivasi untuk tetap bertahan adalah keinginan untuk menunjukkan keberhasilan, mencapai cita-cita, keinginan memperoleh pengalaman baru, serta rasa nyaman dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Begitu pula bila sang perantau mampu membangun sistem pendukung yang baik, menemukan hal-hal menarik yang tidak ada di rumahnya, serta melihat banyak kesempatan dan peluang untuk berkembang dibandingkan di daerah asalnya.Â
Sebaliknya, yang dapat menggoyahkan hati adalah kerinduan yang sangat akan keluarga, ketidakmampuan adaptasi, ketidakpuasan atas capaian yang buruk dan hubungan dengan orang-orang di lingkungan baru, serta putus asa.
"Jika tak kunjung memiliki sistem pendukung yang bagus, kegagalan beradaptasi, tidak mencapai tujuan, dan merasa tidak produktif, saat itulah homesickness mengalahkannya," kata Fitria.
Anna berpesan, sebelum berangkat lakukan sejumlah persiapan untuk meminimalisasi ataupun mengantisipasinya.
"Misalnya, latihan jauh dari rumah, cari tahu kebiasaan dan lingkungan di daerah tujuan seperti apa, dan cari informasi seputar tempat-tempat penting dan menarik agar lebih mudah beradaptasi," ujarnya.
"Hadapi rasa takut! Jangan menyerah dengan kekhawatiran terhadap lingkungan baru. Lakukan sesuatu yang mungkin selama ini tidak pernah Anda lakukan, seperti memulai perkenalan dengan orang baru atau mencoba makanan baru," tandas Anna.
"Homesickness tidak menjadi penghalang bagi kita untuk terus beraktivitas di tempat yang baru. Namun, berlarut dalam kondisi homesick akan menyebabkan kegagalan," pungkas Fitria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H