Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bencana Kepunahan Datang Lebih Cepat dari Perkiraan

29 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 29 Mei 2018   08:56 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monyet hitam Sulawesi saat ini kritis menuju kepunahan. Sumber: www.sejujurnya.com

"Temuan ini lebih buruk dari perkiraan kami satu dekade lalu," ujar Dr. Anthony B. Rylands, ilmuwan dari Conservation International yang menjadi satu dari 31 pakar primata di dalam tim penelitian tersebut.

Penyebab fenomena menakutkan ini cukup jelas: spesies manusia yang terus berkembang - lebih dari berlipat ganda sejak 1960 menjadi 7,4 miliar - telah makan, memenuhi Bumi, dan mencemari penghuni lain di planet ini.

Ya, sungguh kenyataan pahit bahwa aktivitas manusia turut menghancurkan kehidupan spesies lain. Contohnya, perburuan. Di Afrika Barat, ada kebutuhan besar akan daging primata untuk pasar lokal. Belum lagi perburuan global terhadap macan, gajah, badak, dan hewan besar lain untuk diincar bagian tubuhnya.

Selain itu, pertumbuhan populasi manusia yang sangat cepat menuntut pembukaan lahan untuk pertanian dan tempat tinggal, mengancam hewan liar di wilayah tersebut. Di Amazon, hutan rimba telah beralih menjadi peternakan dan perkebunan kedelai. Di Madagaskar, persawahan mengambil alih area hutan yang merupakan habitat lemur raksasa.

Satu pemicu tampaknya menjadi ancaman kepunahan makhluk hidup terbesar: perubahan iklim.

Studi terbaru yang dilaporkan jurnal Climatic Change meneliti 80.000 spesies tanaman, mamalia, burung, amfibi, dan reptil, dan telah menemukan dampak pemanasan global terhadap keanekaragaman hayati.

Berfokus pada 33 wilayah yang menjadi rumah spesies darat paling kaya dan endemis, seperti Amazon, Madagaskar, Chile, Afrika, Australia, dan Indonesia (khususnya Kalimantan dan Sumatra), studi tersebut menguak bahwa 25-50 persen spesies di wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi berada pada risiko kepunahan.

Salah satunya lahan hutan Miombo yang merupakan Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO untuk keragaman biota. Area seluas 50.000 km persegi yang membentang dari Angola sampai Tanzania ini berisiko kehilangan 90 persen amfibi, 86 persen burung, dan 80 persen mamalia.

"Kepunahan spesies lain menggambarkan kurangnya empati kita terhadap spesies liar telah menjadi teman kita di Bumi sejak dulu," tandas Geraldo Ceballos, ilmuwan di National Autonomous University of Mexico sekaligus salah satu penulis utama studi.

Lenyapnya karnivor atau herbivor level atas bisa berdampak buruk pada rantai makanan bagian bawah dan menghancurkan ekosistem. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa saat ekosistem berada di bawah tekanan, ia bisa berujung pada kehancuran seiring perubahan cepat yang terus berlangsung.

Keragaman hayati akan menderita selama satu abad ke depan, kecuali kita mengerahkan segala upaya. Caranya? Pastikan suhu global tetap berada di posisi minimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun