Bulan madu lumrah dilakukan pasangan yang baru menikah. Namun, pasangan yang telah sekian tahun berumah tangga juga butuh penyegaran.
Sudahkah bulan madu kedua menjadi agenda rutin bagi Anda dan pasangan? Jika belum, segeralah jadwalkan.
Arum Ismartini, M.Psi., Psikolog, dari Personal Consulting, BSD, menegaskan pentingnya menyegarkan pernikahan yang sudah berlangsung beberapa tahun untuk menghilangkan kejenuhan terhadap rutinitas.
"Ketika kejenuhan mulai melanda dan masing-masing sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, maka bulan madu kedua dapat menjadi pilihan untuk menghilangkan kejenuhan tersebut," papar Arum.
"Bagaimanapun juga, kehidupan dalam pernikahan itu cukup sibuk, dengan keberadaan anak atau pekerjaan yang menyita waktu, sehingga pasangan menjadi terlalu letih untuk sekadar mencari waktu meningkatkan kualitas hubungan," tandas Arum.
Alasan senada disampaikan Ajeng Raviando, M.Psi., dari Teman Hati Konseling.
"Banyak pasangan kehilangan keintiman karena tergerus rutinitas rumah tangga dan kehadiran anak-anak. Akhirnya, cinta mereka seolah dingin dan tak lagi menggelora, membuat mereka kehilangan inti pernikahan itu sendiri," papar Ajeng.
Ketika komunikasi suami-istri tidak berjalan dengan baik, akan muncul pikiran-pikiran yang tidak benar dan mudah terjadi perselingkuhan. Dengan kata lain, hubungan yang renggang karena lama terjerat kejenuhan rutinitas akan lebih berisiko mengalami konflik.
"Karena itu, bulan madu kedua, ketiga, keempat, bahkan seterusnya dibutuhkan sebagai momentum untuk membangkitkan kembali keintiman pasangan," kata Ajeng. "Idealnya, bulan madu lanjutan ini memang diagendakan. Minimal sekali dalam lima tahun."
Arum mengingatkan sejumlah manfaat bulan madu kedua, di antaranya adalah menikmati waktu berdua tanpa banyak gangguan.
"Ini membuat kebersamaan pasangan lebih berkualitas, juga memperkuat komunikasi, sehingga dapat bicara dan saling mengingatkan mimpi dan harapan yang dimiliki saat awal pernikahan, termasuk saling mengevaluasi kondisi pernikahan saat ini," jelas Arum.
Selain itu, intensitas komunikasi yang terjalin selama bulan madu tentu diharapkan lebih tinggi, sehingga pasangan dapat menemukan koneksi yang sebelumnya sempat tersamar oleh kesibukan. Pasangan juga dapat menemukan kembali perasaan cinta seperti di awal pernikahan.
"Bulan madu kedua bisa menjadi ajang memahami pasangan dengan lebih baik melalui aktivitas yang dilakukan bersama. Bagaimanapun, seiring dengan waktu, manusia pasti mengalami perubahan prioritas, pandangan, dan pergeseran nilai," papar Arum.
Jika kebutuhan ini diabaikan, bisa timbul masalah komunikasi yang disebabkan oleh kekurangan waktu, rutinitas, dan kejenuhan. Tentu, kalau sudah sampai pada tahap masing-masing pihak lebih suka "berjalan sendiri", dampaknya bisa berbahaya.
Jadi, kapan bulan madu kedua sebaiknya dilakukan?
Menurut Ajeng, meski tak ada patokan resmi, alangkah baiknya jika bulan madu dijadwalkan setahun sekali. Namun, setiap pasangan bisa berbeda-beda. Ada yang tiga tahun sekali, atau bahkan lima tahun sekali.
Sementara itu, Arum menegaskan bahwa dinamika hubungan setiap pasangan berbeda-beda, karena itu tidak ada waktu yang pasti kapan bulan madu kedua dibutuhkan. Kapan saja pasangan merasa membutuhkan, laksanakanlah.
"Pastikan semua terencana dengan baik, anak-anak berada di tangan yang tepat, dan Anda berdua sedang berada dalam kondisi yang memerlukan refreshing dalam hubungan," pesannya.
Walau ada beberapa pasangan yang mengkhususkan hari jadi pernikahan sebagai momentum bulan madu, Arum menandaskan bahwa momentum yang tepat adalah saat pasangan tersebut membutuhkannya.
Tentu, ada beberapa hal yang penting dipersiapkan.
Pertama, pastikan saat berangkat berbulan madu, tak ada pekerjaan yang belum terselesaikan atau didelegasikan. Selain pekerjaan, tinggalkan atau kurangi penggunaan gadget demi mencapai intensitas komunikasi dengan pasangan.
"Perbanyaklah komunikasi. Bicarakan apa pun yang ada dalam pikiran, termasuk mimpi-mimpi dan hal-hal yang disukai atau tidak disukai dari pasangan," tegas Arum. "Namun tetap perhatikan gaya bicara dan kata-kata yang digunakan. Bagaimanapun, perasaan dan mood pasangan harus dijaga," Arum mewanti-wanti.
Bulan madu, lanjut Arum, juga merupakan saat yang tepat untuk memanjakan pasangan. Beri pasangan kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan. Untuk para isteri, periksa dulu jadwal datang bulan, sebab bulan madu tanpa seks tentu akan hambar. Bagaimanapun, ini adalah fitrah Anda sebagai pasangan.
Kedua psikolog ini sepakat bahwa bulan madu kedua sebaiknya dijalani tanpa kehadiran anak.
"Bukan berarti anak mengganggu, namun apakah komunikasi yang intens dan waktu berkualitas untuk berdua dapat diperoleh dengan hadirnya anak saat bulan madu?" Â kata Arum.
"Yang mungkin terjadi adalah, pasangan akan tetap sibuk mengurus anak sehingga melewatkan tujuan utamanya. Simpanlah agenda bepergian bersama anak untuk liburan berikutnya. Saat ini adalah waktu untuk Anda berdua!" tegas Arum.
"Ingat, bulan madu berbeda dengan liburan keluarga di mana anak-anak ikut serta," Ajeng menimpali. "Lebih dari dua orang bukan bulan madu namanya. Bulan madu merupakan momentum menikmati saat-saat bersama hanya berdua seperti di awal mereka membentuk keluarga."
Lebih lanjut Ajeng menekankan, bulan madu tanpa mengajak anak bukan tanda egois.
"Akan lebih baik ketika pasangan suami-isteri bisa fokus dalam recharge keintiman dan memperkuat komunikasi selama beberapa hari atau bahkan seminggu. Ketika selesai, orangtua bisa kembali ke rumah dengan energi dan semangat baru," tandas Ajeng.
"Ingat, fondasi pernikahan adalah hubungan suami-isteri. Anak-anak akan bahagia ketika orangtua mereka tetap bersatu karena hubungan yang dijaga, dirawat, dan ditumbuhkan kembali. Selain fokus pada anak, hubungan suami-isteri pun perlu dijaga," ujar Ajeng.
Jika kesempatan berbulan madu kedua tidak dimanfaatkan dengan baik, akhirnya anak juga yang akan rugi. Sejatinya, bulan madu kedua ini bukan hanya untuk kebahagiaan suami-isteri, melainkan juga seluruh keluarga.
Selain kebersamaan secara fisik, Ajeng juga menyarankan agar Anda dan pasangan melakukan refleksi saat bulan madu kedua: selama ini apa saja yang sudah kalian lalui bersama, dan apakah Anda dan pasangan mempunyai tujuan baru?
Kalaupun tujuan-tujuan awal pernikahan sudah tercapai, semestinya ada tujuan lanjutan untuk semakin memperteguh ikatan pernikahan. Salah satu cara menyatukan kembali visi dan misi tujuan menikah misalnya meningkatkan ikatan emosional kedua pihak.
Setelah tuntas berbulan madu kedua, pertahankan mood yang baik bersama pasangan dengan meluangkan waktu untuk berbicara setiap hari, misalnya setelah makan malam atau sebelum tidur. Berikan perhatian kecil dengan sekadar bertanya aktivitasnya hari itu atau apakah ia sudah makan.
Jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu bagi aktivitas berdua di tengah kepadatan aktivitas sehari-hari. Satu atau dua kali dalam sebulan, kencanlah bersama pasangan, seperti nonton bioskop, belanja bersama, atau makan di restoran favorit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H