Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Adakah Kehidupan di Mars?

19 Maret 2018   11:01 Diperbarui: 19 Maret 2018   11:21 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.jatengpos.com

Adakah kehidupan di Mars? Kita belum tahu. Tapi kita perlu menjaganya dari kemusnahan karena kecerobohan kita.

Pada 4 Juli 1997, pesawat antariksa Pathfinder mendarat di Chryse Planitia, dataran rendah utara Mars, membawa pelacak kecil bernama Sojourner. Rupanya, Pathfinder juga membawa sejumlah besar "penyusup" berbentuk mikroba Bumi.

Pertanyaannya: Apakah mikroba tersebut bertahan hidup dan bereproduksi, mengukuhkan diri sebagai kolonis Bumi pertama di Planet Merah? Kemungkinan besar tidak. Menurut NASA, ilmuwan meyakini bahwa mempertahankan dan menumbuhkan kehidupan di Mars adalah hal yang sulit.

Saat ini, pendapat itu masih berlaku. Sejak Pathfinder, ilmuwan telah mencatat lebih dari selusin faktor - dari radiasi sampai racun tanah - yang menjadikan Planet Merah itu sebagai perangkap kematian bagi sebagian besar organisme bumi.

Namun, belum lama ini para ahli biologi menemukan berbagai organisme di Bumi yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang ekstrem, misalnya di tundra beku Arktik dan gurun gersang.

Selain itu, para pelacak Mars telah menemukan area-area di planet merah - yang oleh NASA ditetapkan sebagai wilayah khusus - dengan kondisi lingkungan yang bisa mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang tahan banting.

Meski begitu, ada dilema yang mengkhawatirkan: Wilayah-wilayah khusus di mana kehidupan Bumi mungkin bisa bertahan juga merupakan area di mana kemungkinan besar kita akan menemukan kehidupan asli di Mars. Itu berarti - kecuali kita sangat berhati-hati - kita bisa menghancurkan peluang untuk menemukan organisme ekstraterestrial justru dengan mencarinya.

Para ilmuwan telah mencemaskan perlindungan planet sejak era penjelajahan antariksa dimulai. Dengan diluncurkannya Sputnik pada 1957, hanya soal waktu sebelum Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai mengirim pesawat antariksa ke Bulan, Venus, dan Mars.

Beberapa ilmuwan langsung melihat hal ini sebagai peluang luar biasa untuk menemukan dan mempelajari organisme yang telah berevolusi di bawah kondisi yang sama sekali berbeda - mengungkap model kehidupan alternatif yang mungkin tidak akan pernah kita temukan di Bumi. Namun, ilmuwan yang sama juga khawatir pencemaran biologis bisa menghancurkan upaya ini.

Faktanya, sejumlah bukti sejarah membenarkan ketakutan ini. Di abad ke-14, kapal-kapal dari Asia membawa tikus penuh kutu yang mendatangkan tragedi Black Death ke Eropa. Beberapa tahun kemudian, para penjelajah Eropa memperkenalkan lebih dari dua lusin penyakit ke Benua Amerika yang menghancurkan populasi penduduk asli.

Untungnya, perlindungan planet telah tercantum di dalam undang-undang internasional. Outer Space Treaty dari tahun 1967 - yang telah ditandatangani dan diratifikasi semua negara yang menjelajahi angkasa - mewajibkan negara-negara tersebut untuk menghindari pencemaran berbahaya ke Bulan dan benda langit lain.

Membangun dan meluncurkan pesawat antariksa yang sepenuhnya bebas mikroba saat ini masih mustahil, tetapi NASA telah mengembangkan pendekatan untuk memastikan semua upayanya bebas bakteri.

Sebagai permulaan, seluruh komponen pesawat antariksa dibatasi agar mengandung tidak lebih dari 500.000 spora bakteri - sepersepuluh jumlah spora bakteri dalam satu sendok teh air laut. Dan peralatan yang ditetapkan untuk mendarat dengan aman di Mars - misalnya alat pelacak - dibatasi untuk mengandung tidak lebih dari 300.000 spora.

Untuk Curiosity, pelacak yang mendarat di Mars pada Agustus 2014, komponen-komponennya dirakit di ruangan yang steril dan rutin dibersihkan dengan alkohol. Bagian-bagian yang tahan panas tinggi dipanggang di suhu yang berkisar dari 110 - 145 derajat Celcius selama 144 jam. NASA juga memastikan perisai panas Curiosity cukup terbakar saat ia menembus atmosfer Mars untuk mematikan sebagian besar spora yang dibawanya.

Mars adalah wilayah yang sangat keras bagi kehidupan yang kita kenal: para ilmuwan telah mengenali 17 faktor "biosidal" di Planet Merah yang bisa membunuh sebagian besar mikroba. Misalnya, mengingat atmosfer yang tipis dan ketiadaan ladang magnetik global, sinar matahari adalah salah satu daya paling mematikan di planet itu.

Radiasi sinar ultraviolet akan menghancurkan sebagian besar mikroba di permukaan pesawat pendarat atau pelacak dalam beberapa jam saja. Bahkan mikroba yang berada di dalam pesawat pelacak, yang terlindungi dari sinar matahari langsung, akan mati secara bertahap dalam 50-100 hari berikutnya, terpapar oleh ultraviolet yang dipantulkan dari permukaan planet.

Namun, tidak semua mikroba akan mati. Dalam kondisi yang tepat, sejumlah kecil mikroba sanggup menyintas serangan matahari. Dan saat ini terjadi, maka kita berpotensi menghancurkan kehidupan asli di Mars yang bahkan belum kita kenali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun