Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada dengan Leher Anda

3 Maret 2018   09:23 Diperbarui: 3 Maret 2018   09:31 3559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski tampak sepele, sakit pada leher tentu menimbulkan rasa tak nyaman. Kenali penyebabnya dan ketahui cara mengatasinya.

"Aduh, aku kayanya salah bantal, nih. Leher jadi sakit!"

Hm, bantal memang kerap jadi kambing hitam saat nyeri leher, bukan? Mitos yang sangat familiar ini seolah mendapat pembenaran, lantaran sakit di bagian leher sering muncul saat bangun tidur di pagi hari.

Menurut Dr. Fany Mayasari, Sp.S, dari RSU Hermina Kemayoran, kondisi ini umumnya dipicu oleh struktur peka nyeri di daerah leher, yang meliputi jaringan saraf, pembuluh darah, otot, ligamen, tulang, kulit dan viscera atau jaringan lunak.

"Biasanya, nyeri leher disebabkan oleh tarikan atau kekakuan otot leher. Nyeri ini bisa juga bisa disebabkan trauma whiplash yang terjadi saat pengemudi menghentikan mobil yang sedang melaju kencang dengan mendadak," jelas Dr. Fanny.

Saat ini terjadi, ada gerakan mendadak dan kuat ke arah depan, yang disusul dengan gerakan kepala ke arah belakang dengan cepat. Selain ini, nyeri leher juga bisa diakibatkan oleh perubahan degenerasi tulang leher karena proses penuaan.

Lebih jauh Dr. Fany menjelaskan bahwa nyeri leher dibagi menjadi beberapa kategori. Ada nyeri leher disertai dengan gangguan pergerakan, disertai nyeri kepala, disertai gangguan koordinasi pergerakan, serta disertai nyeri yang menjalar.

Kelainan pada struktur leher dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya yang disebut referred pain, sebagai contohnya, jika terdapat jepitan pada facet (pertemuan antara dua tulang leher yang bersinggungan), maka dapat menyebabkan nyeri kepala dan leher. Sedangkan jepitan pada saraf cervical di daerah leher, maka terdapat nyeri menjalar pada lengan atas atau bawah.

Gejalanya dapat berupa nyeri, kaku, baal atau kebas, kesemutan, nyeri menjalar ke lengan atas atau bawah, bunyi klik saat pergerakan leher, keleyengan, atau hilang kesadaran sesaat.

Hal senada diungkapkan oleh Kolonel Kes. DR. Dr. Wawan Mulyawan, So.BS, Sp.KP dari Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) TNI AU Dr. Saryanto, Jakarta.

Menurut Dr. Wawan, leher merupakan bagian tubuh dengan struktur anatomi yang cukup kompleks. Ragamnya banyak, areanya sempit, namun fungsinya teramat vital.

"Selain kulit yang bisa kita lihat langsung dari luar, di dalam leher terdapat beragam organ dengan fungsi yang sangat penting. Karena itu, leher sering disebut sebagai 'jembatan kehidupan' antara kepala dan tubuh bagian bawah," tandas Dr. Wawan.

Dr. Wawan sependapat bahwa kita tidak boleh menggerakkan leher secara berlebihan. Tentu saja, bahaya yang paling fatal adalah kematian - bukan karena memotong atau menyumbat trakea maupun merobek pembuluh darah karotis, melainkan karena aksi tersebut akan mematahkan, meretakkan, atau mendislokasi tulang leher.

"Seringnya bukanlah patah, tetapi dislokasi atau melejitnya sendi yang menghubungkan antar tulang leher," ujar Dr. Wawan. "Jika tulang dan sendi melejit, maka hubungan persendian leher dan ruas tulang leher menjadi tak stabil dan akan mencederai sumsum tulang belakang di dalamnya. Inilah yang selanjutnya berakibat fatal."

Jika tulang leher sampai patah, tentu instabilitas menjadi lebih parah dan bisa menimbulkan kematian. Terlebih, bila ini ditambah robeknya pembuluh darah arteri vertebralis akibat tergores tulang leher yang patah.

Dr. Wawan juga mengingatkan bahwa menggerakkan leher sampai menimbulkan bunyi "krek" menunjukkan bahwa telah terjadi manipulasi pergerakan sendi secara berlebihan.

Sering kali, tukang cukur melakukan ini setelah memangkas rambut pelanggan. Tampaknya memang tidak terjadi dislokasi atau patah tulang leher. Namun, dengan semakin sering leher digerakkan hingga berbunyi "krek", sendi leher bisa semakin lemah.

Akibatnya? Terjadi instabilitas tulang leher di kemudian hari, yang bisa menyebabkan nyeri leher kronis, terutama ketika usia semakin menua. Karena itu, Dr. Wawan mengingatkan jika Anda mempunyai masalah dengan nyeri leher, nyeri punggung, atau nyeri pinggang, datanglah ke ahli kesehatan profesional.

Bagaimana dokter mendiagnosis keluhan nyeri leher ini?

Menurut Dr. Fany, ada sejumlah langkah yang bisa diambil, yakni proses anamnesis mengenai tipe dan lokasi nyeri, pemeriksaan neurologis, dan beberapa pemeriksaan penunjang berupa pencitraan atau imaging tests, yang meliputi rontgen, ultrasonografi, MRI, CT scan, atau EMG.

Bagaimana dengan bentuk terapi yang tersedia saat ini? Salah satu terapi yang penting antara lain adalah edukasi postur tubuh ergonomik untuk mencegah dan mengurangi rasa nyeri pada leher. Terapi ini penting karena potensi kekambuhan pada nyeri leher sangat besar jika penyebab nyeri adalah karena postur tubuh yang tidak ergonomik.

Selain itu, ada pilihan terapi medikamentosa, meliputi obat penghilang rasa nyeri, pelemas otot, dan peradangan. Ada pula rehabilitasi medis yang meliputi pemanasan otot, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) atau stimulasi otot, pemijatan, latihan perenggangan otot leher, dan terapi traksi.

Saat ini, telah berkembang pula terapi intervensi nyeri dengan pemberian injeksi obat nyeri dan radang pada pada titik pemicu nyeri. Yang penting, jangan mudah termakan mitos yang beredar seputar sakit leher, seperti bahwa nyeri tersebut pertanda kolesterol, salah bantal, atau ovulasi pada wanita.

Untuk langkah pencegahan nyeri dalam kehidupan sehari-hari, ingatlah bahwa jika otot-otot leher digunakan secara berlebihan, maka akan berkontribusi pada ketegangan otot.

Otot-otot di belakang leher adalah otot yang peka dan mudah dipengaruhi aktivitas harian, seperti berjam-jam mengemudi atau membaca di tempat tidur. Seiring waktu, ketegangan yang berulang pada otot-otot ini dapat menjadi nyeri kronis.

Patut diingat pula bahwa berbaring pada postur yang buruk dalam periode waktu yang panjang merupakan penyebab umum dari ketegangan-ketegangan otot leher. Kalau sudah begini, penggunaan koyo dan bantal panas boleh saja diberikan untuk melemaskan otot yang tegang 

Pijitan yang dilakukan oleh tim rehabilitasi medis juga dapat efektif, namun usaha membunyikan leher yang sering dilakukan tukang pijat sebaiknya dihindari, karena ini dapat menyebabkan cedera saraf di daerah leher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun