Saran tersebut ditegaskan Leona Victoria Djajadi, MND, pakar nutrisi dan diet klinik gizi keluarga alumni University of Sydney. Ia juga memberi sejumlah rekomendasi tentang cara menyimpan makanan matang dengan benar.
"Simpanlah masakan di kulkas (suhu 2-5°C) maksimal 72 jam dari waktu memasak. Jika dirasa tidak akan habis dalam 72 jam, sebaiknya dibagi beberapa porsi lalu sisanya disimpan di freezer, ujar Leona.
Untuk penyimpanan daging dalam jumlah banyak, potong-potong lah terlebih dahulu, baru dibekukan di dalam kulkas untuk kemudian diambil sesuai kebutuhan. Ini lebih baik dari membekukan dalam potongan besar, lalu diambil dan dipotong, dan bolak-balik dimasukkan ke dalam kulkas.
Pangan beku yang sudah dilelehkan juga tidak boleh dibekukan kembali, karena pada waktu pelelehan terdapat risiko pertumbuhan mikroba, sehingga kemungkinan jumlah mikroba sudah banyak. Jika dibekukan, maka akan tetap ada dalam pangan tersebut.
"Tanda-tanda pangan beku pernah mencair, misalnya pada daging beku, adalah darah pada kemasan atau ada cairan di dasar kemasan," saran DR. Didah, yang juga mengingatkan bahwa mendinginkan produk pangan yang baik adalah tidak langsung didinginkan, tetapi dilakukan bertahap.
Secara umum, pangan yang aman adalah makanan dan minuman yang bebas kuman (mikroba patogen), bahan kimia, dan bahan berbahaya lain yang bila dikonsumsi bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
"Secara ideal, hal ini bisa dibuktikan dengan pengujian bahan pangan di laboratorium. Namun secara kasat mata, bisa dilihat dari tidak adanya penyimpangan pada produk pangan tersebut," ungkap DR. Didah.
Dampak buruk konsumsi produk pangan yang tidak aman adalah keracunan dan gangguan kesehatan lain, seperti muntah, diare, pusing, bahkan kematian. Hal ini bisa lebih parah bila menimpa balita, ibu hamil, orang sakit, lansia, dan orang dengan keterbatasan sistem imun.
Dampak yang bersifat kronis juga bisa terjadi ketika kita mengonsumsi produk pangan yang tercemar residu pestisida atau aflatoksin. Atau, produk pangan yang mengandung akrilamida, yaitu senyawa yang terbentuk pada saat proses pemasakan di suhu tinggi (>120°C), contoh ketika menggoreng atau memanggang.
Produk pangan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi seperti produk roti, kopi, keripik kentang, dan lain-lain memiliki risiko lebih besar mengandung akrilamida. Senyawa aflatoksin ataupun akrilamida adalah senyawa yang bersifat karsinogenik, atau dapat menyebabkan kanker.
"Pada umumnya, makanan dengan warna yang sangat mencolok diperoleh dari pewarna tekstil, karena pewarna pangan biasanya memiliki keterbatasan, baik dari segi intensitas maupun jenis warnanya," DR. Didah mengingatkan.