Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Cara Melindungi Diri dan Keluarga dari Bahan Pangan yang Tidak Sehat?

8 Januari 2018   10:57 Diperbarui: 8 Januari 2018   11:46 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.johnthebodyman.com

Memiliki kesadaran terhadap keamanan makanan yang kita santap sangatlah penting. Bagaimana cara melindungi diri dan keluarga dari bahan pangan yang tak sehat?

Dari formalin, boraks, sampai pewarna tekstil ditengarai meracuni produk pangan kita.

Meski ini termasuk problem keamanan pangan paling umum di masyarakat kita, masih ada sejumlah hal lain yang perlu kita waspadai, seperti pangan yang mengandung mikotoksin, residu pestisida, penggunaan antibiotik, dan bahan tambahan pangan berlebih.

Belum lagi berbagai penyakit akibat pangan (foodborne disease)yang disebabkan agen biologi seperti bakteri, virus, dan parasit. Penyakit juga bisa timbul karena pengolahan atau penyimpanan yang kurang bersih dan tidak tepat.

Menurut DR. Didah Nur Faridah, staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pangan olahan yang diproduksi harus sesuai dengan panduan bertajuk "Cara Pembuatan Pangan Olahan yang Baik". 

Hal ini sangat penting untuk menjamin mutu dan keamanannya. Selain itu, pangan harus layak dikonsumsi, tidak busuk, dan bermutu baik, serta bebas dari cemaran biologi, kimia, dan fisik.

"Cara sederhana dan mudah dilakukan untuk melihat pangan yang aman bisa dilihat dari penampakan luar produk, misalnya aroma, tekstur, warna, serta kemasan," tegas DR. Didah.

Sebaiknya, sebelum kita mengonsumsi produk pangan, pastikan pangan tersebut tidak memiliki penyimpangan, misalnya tercium bau tidak sedap, berlendir atau tidak, dan warnanya terlalu mencolok atau tidak.

Selain itu DR. Didah juga mengingatkan bahwa keamanan pangan tidak hanya bicara aspek kesehatan, tapi juga dari aspek rohani. Misalnya, bagaimana kehalalan suatu produk pangan bagi konsumen Muslim.

Untuk memastikan keamanan pangan yang kita konsumsi, diperlukan perhatian pada hal-hal yang tampak kecil tapi penting.

Misalnya? Saat mencairkan daging, ikan, atau ayam dari freezer sebaiknya diturunkan dulu ke kulkas bawah sampai lunak. Jangan biarkan terlalu lama di luar kulkas karena akan rentan terkena bakteri. Waktu yang dibutuhkan umumnya 1 sampai 2 x 24 jam, tergantung besarnya daging.

Saran tersebut ditegaskan Leona Victoria Djajadi, MND, pakar nutrisi dan diet klinik gizi keluarga alumni University of Sydney. Ia juga memberi sejumlah rekomendasi tentang cara menyimpan makanan matang dengan benar.

"Simpanlah masakan di kulkas (suhu 2-5°C) maksimal 72 jam dari waktu memasak. Jika dirasa tidak akan habis dalam 72 jam, sebaiknya dibagi beberapa porsi lalu sisanya disimpan di freezer, ujar Leona.

Untuk penyimpanan daging dalam jumlah banyak, potong-potong lah terlebih dahulu, baru dibekukan di dalam kulkas untuk kemudian diambil sesuai kebutuhan. Ini lebih baik dari membekukan dalam potongan besar, lalu diambil dan dipotong, dan bolak-balik dimasukkan ke dalam kulkas.

Pangan beku yang sudah dilelehkan juga tidak boleh dibekukan kembali, karena pada waktu pelelehan terdapat risiko pertumbuhan mikroba, sehingga kemungkinan jumlah mikroba sudah banyak. Jika dibekukan, maka akan tetap ada dalam pangan tersebut.

"Tanda-tanda pangan beku pernah mencair, misalnya pada daging beku, adalah darah pada kemasan atau ada cairan di dasar kemasan," saran DR. Didah, yang juga mengingatkan bahwa mendinginkan produk pangan yang baik adalah tidak langsung didinginkan, tetapi dilakukan bertahap.

Secara umum, pangan yang aman adalah makanan dan minuman yang bebas kuman (mikroba patogen), bahan kimia, dan bahan berbahaya lain yang bila dikonsumsi bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

"Secara ideal, hal ini bisa dibuktikan dengan pengujian bahan pangan di laboratorium. Namun secara kasat mata, bisa dilihat dari tidak adanya penyimpangan pada produk pangan tersebut," ungkap DR. Didah.

Dampak buruk konsumsi produk pangan yang tidak aman adalah keracunan dan gangguan kesehatan lain, seperti muntah, diare, pusing, bahkan kematian. Hal ini bisa lebih parah bila menimpa balita, ibu hamil, orang sakit, lansia, dan orang dengan keterbatasan sistem imun.

Dampak yang bersifat kronis juga bisa terjadi ketika kita mengonsumsi produk pangan yang tercemar residu pestisida atau aflatoksin. Atau, produk pangan yang mengandung akrilamida, yaitu senyawa yang terbentuk pada saat proses pemasakan di suhu tinggi (>120°C), contoh ketika menggoreng atau memanggang.

Produk pangan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi seperti produk roti, kopi, keripik kentang, dan lain-lain memiliki risiko lebih besar mengandung akrilamida. Senyawa aflatoksin ataupun akrilamida adalah senyawa yang bersifat karsinogenik, atau dapat menyebabkan kanker.

"Pada umumnya, makanan dengan warna yang sangat mencolok diperoleh dari pewarna tekstil, karena pewarna pangan biasanya memiliki keterbatasan, baik dari segi intensitas maupun jenis warnanya," DR. Didah mengingatkan.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika kita membeli kacang tanah, pastikan kacang tanah tersebut tidak ditumbuhi kapang, karena kapang tersebut bisa menghasilkan toksin seperti aflatoksin yang berbahaya untuk kesehatan.

Untuk pangan yang dikemas, pastikan kemasannya dalam kondisi baik, masih tersegel dengan rapi, tidak penyok atau karat pada produk makanan kaleng.

Selain itu, cek keterangan pada label kemasan, seperti tanggal kadaluarsa dan komposisi bahan yang digunakan, terutama bagi penderita alergi. Pelajari apakah bahan pangan tersebut mengandung alergen, seperti susu, telur, gandum, ikan, kerang, kacang tanah, dan kedelai.

Satu hal yang dapat dilakukan untuk menjaga asupan makanan kita tetap aman adalah memilih produsen atau penjual yang sudah tepercaya dari sisi kualitas dan kebersihan.

Selain itu, kita perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengolahan jenis-jenis pangan yang berbeda sesuai karakteristiknya.

Jika kita adalah produsen atau distributor pangan, pastikan setiap proses yang dilakukan sudah mengikuti prosedur Good Manufacturing Process (Cara-cara Produksi Pangan yang Baik). Pastikan rantai distribusi terjaga dengan baik dari awal pembelian bahan mentah hingga sampai ke konsumen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun