"Anggota kita mau impor itu dipersulit," ujarnya.
Yang pertama si pengusaha harus mengajukan persetujuan impor, persetujuan impor ini ada kuotanya.
Kalau tidak jelas kuotanya paling-paling yang disetujui cuma 10 persen atau lebih kecil dari itu.
Oleh karenanya Firman geram.
Di saat para anggotanya dipersulit untuk mendatangkan sepatu dari luar negeri, baik sepatu jadi, maupun bahan-bahannya, namun sepatu-sepatu bekas justru banyak masuk ke Indonesia.
Sepatu-sepatu bekas bermerek global itu datang dari negara-negara seperti Singapura, Cina, dan Vietnam.
Kendati brand global, namun sepatu-sepatu itu dijual dengan harga miring dimana sasaran mereka adalah segmen kelas menengah kebawah dan pasarannya sangat besar.
Jelas ini menurut Firman sangat merugikan para anggotanya dan mengharapkan pemerintah campur tangan dalam masalah ini.
Bahkan konon sepatu-sepatu bekas itu adalah sepatu-sepatu yang diberikan untuk donasi namun justru dijual di pasar loak di Indonesia.
Dalam video yang dilihat oleh Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita terlihat bahwa sepatu-sepatu bekas itu diambil dan dikumpulkan dari sejumlah box donasi di tempat umum.
"Sepatu-sepatu dari Singapura itu untuk donasi tapi dijual di pasar loak di Indonesia. Praktik impor ilegal ini harus dihentikan karena berdampak buruk bagi industri sepatu dalam negeri," kata Gumiwang.