"Kegiatan ini berkaitan dengan Hari Bahasa Ibu. Kita gelar setiap tahun supaya masyarakat lebih mengenal lagi bahasa ibu," kata Ganjar Kurnia, Kepala Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda UNPAD.
Lebih lanjut Ganjar menjelaskan mayoritas pengikut Tarucing ini adalah pelajar SMP dan SMA. Tapi juga ada dari kalangan UNPAD yang terdiri dari para dosen, karyawan, umum, atau para pensiunan.
Mereka masing-masing menggunakan gawai mereka yang terlebih dahulu masuk ke dalam aplikasi yang sudah disediakan oleh panitia.
Peserta daring ada sekitar 1200 orang yang tersebar di seluruh Jawa Barat sedang peserta luring sekitar 200 orang.
"Acara ini bagus jadi kita lebih mengenal lagi bahasa ibu," kata Nasywa, seorang mahasiswi UNPAD jurusan sastra Sunda.
Dijadikannya tanggal 21 Pebruari (dimulai tahun 2008) ini berawal dari adanya peristiwa pembunuhan di Dhaka, Bangladesh, pada tanggal 21 Pebruari 1952 lantaran mereka memperjuangkan bahasa Bangli.
Sekjen PBB Kofi Annan yang menetapkannya berasal usulan dari seorang Bangli yang tinggal di Kanada bernama Rafiqul Islam.
Kofi Annan disurati oleh Rafiqul untuk mengambil langkah menyelamatkan bahasa ibu di dunia dari kepunahan.
Bahasa Ibu Anda apa?
Jangan malu ya menggunakan bahasa ibu, identitas "masa kecil" kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H