Ternyata Raja Sunda Galuh yang merupakan atasan dari Kerajaan Cirebon meminta upeti dari Pangeran Cakrabuana berupa terasi tersebut.
Makanan yang sudah dibumbui oleh terasi akan terasa nikmat, Raja Sunda Galuh juga sangat menyukainya.
Pada suatu waktu, persediaan terasi di Kerajaan Sunda Galuh sudah sangat menipis karena tidak lagi diberikan oleh Kerajaan Cirebon.
Ketika persediaan terasi sudah habis sama sekali, para pelayan istana terpaksa tidak menyuguhkan makanan yang disertai terasi kepada Raja Galuh.
Oleh karenanya, Raja Galuh murka dan terjadilah konflik politik antara Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Cirebon.
Peristiwa itu diketahui karena ada ditulis di Naskah Mertasinga.
Dalam naskah lainnya, yaitu Naskah Purwaka Caruban Nagari disebutkan Laksamana Cheng Ho pada sekitar tahun 1415 selalu membawa pulang terasi itu ke negaranya, Cina.
Hal tersebut dikatakan oleh Traveling Chef Wira Hadiansyah.
"Pangeran Walang Sungsang kerap meluangkan waktunya untuk mencari udang yang mana kemudian dibuat menjadi terasi. Dalam naskah tertulis Laksamana Cheng Ho selalu membawa pulang terasi itu ke negaranya," kata Wira.
Konon kata terasi itu berasal dari kata terasih.
Asih dalam bahasa Sunda artinya kasih, cinta, atau suka.