Terasi identik dengan bahan yang dijadikan sambal terasi.
Orang Indonesia ada yang merasa belum lengkap jika makan tanpa disertai dengan sambal terasi.
Ketika nasi panas-panas atau sayuran dicocol dengan sambal terasi akan terasa nikmat.
Terasi atau sambal terasi sudah tersebar ke seluruh pelosok Indonesia.
Namun tahukah Anda kalau terasi itu berasal dari singkatan dan asal mulanya dari daerah Sunda, Jawa Barat?
Tidak sedikit pula yang mengidentifikasi jika sambal terasi ini memang bumbu khas Jawa Barat.Â
Nasi putih hangat-hangat dengan lauknya ayam goreng ditambah lalapan dan sambal terasi alangkah nikmatnya untuk disantap. Apalagi di saat perut sedang keroncongan.
Bukti jika sambal terasi yang beraroma harum itu bumbu khas Jawa Barat tersebut bisa ditelusuri dari sejarahnya.
Kerajaan Cirebon yang pada waktu itu dipimpin oleh Pangeran Walang Sungsang atau disebut juga dengan Pangeran Cakrabuana sering diberikan upeti oleh rakyatnya berupa hasil laut, salah satunya berupa udang rebon.
Singkat cerita, Pangeran Cakrabuana kemudian membuat terasi dari udang rebon itu. Ternyata kemudian sang pangeran tergila-gila dengan buatannya itu yang beraroma harum.
Ternyata Raja Sunda Galuh yang merupakan atasan dari Kerajaan Cirebon meminta upeti dari Pangeran Cakrabuana berupa terasi tersebut.
Makanan yang sudah dibumbui oleh terasi akan terasa nikmat, Raja Sunda Galuh juga sangat menyukainya.
Pada suatu waktu, persediaan terasi di Kerajaan Sunda Galuh sudah sangat menipis karena tidak lagi diberikan oleh Kerajaan Cirebon.
Ketika persediaan terasi sudah habis sama sekali, para pelayan istana terpaksa tidak menyuguhkan makanan yang disertai terasi kepada Raja Galuh.
Oleh karenanya, Raja Galuh murka dan terjadilah konflik politik antara Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Cirebon.
Peristiwa itu diketahui karena ada ditulis di Naskah Mertasinga.
Dalam naskah lainnya, yaitu Naskah Purwaka Caruban Nagari disebutkan Laksamana Cheng Ho pada sekitar tahun 1415 selalu membawa pulang terasi itu ke negaranya, Cina.
Hal tersebut dikatakan oleh Traveling Chef Wira Hadiansyah.
"Pangeran Walang Sungsang kerap meluangkan waktunya untuk mencari udang yang mana kemudian dibuat menjadi terasi. Dalam naskah tertulis Laksamana Cheng Ho selalu membawa pulang terasi itu ke negaranya," kata Wira.
Konon kata terasi itu berasal dari kata terasih.
Asih dalam bahasa Sunda artinya kasih, cinta, atau suka.
Sedangkan ter bermakna paling.
Jadi terasih artinya paling disukai.
Hal tersebut lantaran seperti yang sudah dilukiskan di atas, Raja Galuh sangat menyukai bumbu terasi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H