Indonesia dan Vietnam hanya bermain imbang tanpa gol dalam leg pertama semifinal Piala AFF 2022 yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jum'at (7/1/2023).
Dengan hasil tersebut, Indonesia cukup imbang dengan skor berapapun di leg kedua yang digelar di My Dinh Stadium, Senin (9/1/2023) asal tidak dengan 0-0 untuk keluar sebagai status pemenang dan melaju ke partai puncak tanpa harus melalui babak adu penalti.
Ada setidaknya empat pelajaran yang harus dipetik dari laga yang digelar pada pukul 16.30 WIB tadi untuk dievaluasi dan diperbaiki di leg kedua nanti.
Apa itu?
Shin Tae-yong mengadakan pergantian pemain di masa injury time
Yakob Sayuri cemerlang
Lini pertahanan kokoh
Satu penyakit sembuh, penyakit lain kumat lagi
Patut dipertanyakan mengapa Shin Tae-yong baru memasukkan tiga pemain sekaligus yaitu Witan Sulaeman, Ilija Spasojevic, dan Saddil Ramdani yang menggantikan Yakob Sayuri, Dendy Sulistiawan, dan Marselino Ferdinan justru ketika laga beberapa menit lagi akan berakhir.
Sebelum itu, di menit ke-82 Shin Tae-yong juga menarik Rachmat Irianto dan digantikan Ricky Kambuaya.
Namun mungkin juga Shin Tae-yong memang ingin menyimpan kebugaran ketiga pemain itu untuk turun di leg kedua nanti.
Bagaimanapun, tidak memasukkan ketiga pemain tadi sejak awal, belum juga hasilnya akan lebih baik. Bahkan bisa berakhir lebih buruk dari hasil tanpa gol tadi.
Jika ada pemain terbaik dalam laga tadi tak salah dia adalah pemain PSM Makassar Yakob Sayuri.
Kecepatan dan penetrasinya membuat para pemain Vietnam kewalahan. Beberapa kali Sayuri mengancam gawang The Golden Star, nyaris mencetak gol.
Yang patut dipuji dari Timnas Indonesia dalam laga itu adalah lini pertahanan yang kokoh. Para penyerang Vietnam terlihat kesulitan menembus pertahanan Indonesia.
Nadeo Argawinata nampaknya hanya sedikit mengeluarkan keringat untuk bekerja keras mengamankan si kulit bundar yang membahayakan gawangnya.
Dalam laga para pemain Garuda juga cukup bermain apik dimana masalah yang selama ini selalu didengungkan yaitu hanya bermain dengan ego sendiri-sendiri sudah diperbaiki.
Para pemain nampak saling bekerjasama dengan tidak mementingkan egonya masing-masing.
Namun, satu penyakit lagi belum tersembuhkan. Yaitu finishing touch.
Ini juga yang berkali-kali dikeluhkan Shin Tae-yong, para pemainnya kurang dalam hal penyelesaian akhir.
Alangkah baiknya di leg kedua nanti Indonesia bermain lebih ofensif dengan sekali-kali membuat skema counter attack untuk mencuri satu gol dari The Golden Star Warriors.
Usai laga, bek naturalisasi asal Spanyol Jordi Amat mengatakan bahwa Timnas Indonesia bermain kompak seperti apa yang diinstruksikan oleh Shin Tae-yong.Â
Skor imbang 0-0 bukanlah hasil yang buruk dan itu membuktikan jika Indonesia bermain bagus.
"Vietnam tim favorit. Pada laga tadi mereka tidak begitu mengancam kami," kata pemain Johor Darul Takzim itu.
Dalam konferensi pers usai laga Shin Tae-yong menjelaskan soal keputusannya mengadakan sejumlah pergantian pemain di atas menit ke-80.
Statistik menunjukkan Vietnam menguasai 56 persen penguasaan bola dengan 4 peluang dan 1 shot on goal dibandingkan Indonesia sisanya dengan 8 peluang dan 2 shot on goal.
Sedangkan Park Hang-seo mengakui dalam konferensi pers usai laga timnya kesulitan mengahadapi agresivitas Timnas Indonesia.
Beruntung Nguyen Tien Linh dkk mampu menjalankan instruksi dengan baik dan clean sheet.
"Kami tidak menang tapi memenuhi target. Laga tandang memang selalu sulit. Pemain bermain dengan semangat tinggi," kata pelatih berusia 65 tahun itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI