Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Banten Dijuluki Tanah Jawara? Ternyata Begini Sejarahnya

22 Desember 2022   11:07 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:09 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditilik lagi, para kyai di masa itu mempunyai dua murid.

Murid yang diajarkan dan mendalami ilmu agama disebut dengan santri, sedangkan yang mendalami ilmu beladiri dan kekuatan magis disebut dengan para jawara.

Para kyai memberikan ilmu kesaktian kepada para jawara itu berupa ilmu kebal, kanuragan, atau brajamusti.

Sebagai catatan, Kesultanan Banten itu mulai berdiri sekitar tahun 1526 oleh orang-orang dari dari Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon yang memperluas wilayah pengaruhnya ke pesisir barat Pulau Jawa.

Penghancuran Kesultanan Banten itu berawal dari murkanya Daendels karena Sultan Banten pada waktu itu, Syaifuddin, menolak permintaan Daendels untuk meneruskan proyek pembangunan Jalan Raya antara Anyer-Panarukan.

Daendels meminta ribuan tenaga.

Alih-alih mengabulkan, Sultan Syaifuddin malah memenggal kepala Du Puy, utusan khusus Daendels. Kepala Du Puy lalu dikirimkan ke Daendels.

Saking murkanya, Daendels memerintahkan anak buahnya untuk memporak-porandakan Keraton Surosowan dan Kaibon.

Itulah cikal bakal Belanda semakin memberikan tekanan kepada Banten sehingga memicu munculnya pemberontakan yang dipimpin para kyai dengan dibantu oleh para jawara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun