Spanyol dipecundangi Maroko (sport.detik.com)
"Schadenfreude..."
Schadenfreude, dalam bahasa Jerman, bermakna bersukacita di atas penderitaan orang lain, memenuhi halaman media Jerman.
Hal tersebut merupakan olok-olok kepada Timnas Spanyol yang dipecundangi wakil Afrika, Maroko, di babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Dengan kekalahan Spanyol dari tim yang berjuluk Singa Atlas itu maka berhentilah Tim Matador sampai di babak 16 besar saja, mereka tidak bisa melanjutkan ke perempatfinal.
Setelah waktu normal dan extra time 2x15 menit skor masih imbang 0-0, Spanyol keok 0-3 dari Singa Atlas. Ketiga eksekutor Maroko berhasil, hanya satu yang gagal.
Sejatinya pelatih Luis Enrique sudah jauh-jauh hari memberikan instruksi kepada para pemainnya untuk berlatih secara intensif melakukan tendangan penalti.
Bukan apa-apa, hal tersebut juga mengaca kepada kekalahan Spanyol dari Italia di Euro Cup 2020 dan dari Rusia di Piala Dunia 2018.
"Saya ingat saya sudah mengatakan lebih dari setahun yang lalu agar para pemain melakukan tendangan penalti (latihan) lebih dari 1.000 kali," kata Enrique usai laga melawan Maroko dalam konferensi pers.
Media Jerman menyebutkan kekalahan Spanyol sebagai sebuah karma dengan sengaja Spanyol mengalah dari Jepang untuk menghindari Brasil di jalur selanjutnya, dan berhadapan dengan Maroko di 16 besar.
"Ini keadilan. Mereka menginginkan Maroko di 16 besar. Nyatanya mereka (Spanyol) keok dari Maroko. Dendam Jerman terbalaskan," demikian tulisan dari situs berita ran.de.
Maroko yang tidak diunggulkan di fase grup secara mengejutkan keluar sebagai juara grup dengan mengatasi dua tim besar Kroasia dan Belgia.
Maroko menjadi negara Afrika keempat yang berhasil melaju ke perempatfinal Piala Dunia setelah Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010).
Ini adalah pencapaian terbaik Maroko sejauh ini di Piala Dunia setelah menembus 16 besar di Piala Dunia edisi 1986.
Jika berhasil mengalahkan Portugal di perempatfinal, maka sejarah baru tercipta, Maroko menjadi negara Afrika pertama yang mencapai semifinal.
"Ini bukan semata sebagai kebanggaan orang Afrika atau Arab. Saya seorang pelatih yang ambisius. Para pemain telah memberikan 100 persen," kata pelatih Maroko, Walid Reragui usai laga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H