Sudah tidak aneh lagi jika perempuan gemar sepakbola, seperti halnya kaum Adam yang sangat antusias kepada olahraga yang paling populer di dunia itu.
Bahkan kaum hawa pun kini sudah main bola di Tim Nasional atau di klubnya masing-masing. Mereka mengikuti turnamen internasional atau antar klub.
Namun tahukah Anda, perempuan di Iran sangat cemburu kepada kaum perempuan lainnya di seluruh dunia karena mereka dilarang nonton langsung laga sepakbola di Stadion sejak 1979 saat meletusnya Revolusi di negara yang dulu namanya Persia tersebut.
Ya, sejak tahun 1979 dimana dalam sejarah merupakan tahun revolusi Iran, perempuan di negara asal Catur tersebut tidak diperbolehkan pemerintah nonton sepakbola.
Tak pelak, tahun ini adalah tahun bersejarah dimana kaum hawa di Iran diperbolehkan lagi nonton olahraga terpopuler tersebut.
Pada Kamis (25/8/2022) sekitar 500 perempuan menyaksikan laga antara Mes Kerman versus Esteghlal di Liga 1 Iran, atau Persian Gulf Pro League.
"Kami senang atas kehadiran kalian," Â tulis klub Esteghlal di Twitternya.
Dapat dimaklumi, para wanita itu menangis bahagia, bersujud, dan berteriak-teriak menyemangati tim favorit.
Mayoritas mereka adalah pendukung tuan rumah Esteghlal mengenakan kaos dan topi.
Dalam laga yang digelar di Stadion Azadi, Teheran, itu tuan rumah Esteghlal menang 1-0 atas tamunya Mes Kerman.
Meskipun Esteghlal menang dalam laga itu namun media sosial menyebutkan kemenangan sebenarnya adalah momen bersejarah dimana perempuan Iran boleh nonton bola lagi sejak tahun 1979 atau 43 tahun yang lalu.
Revolusi Iran digadang-gadang sebagai revolusi terbesar dalam sejarah dunia setelah Revolusi Perancis dan Revolusi Bolshevik.
Revolusi Iran merubah "aliran" Monarki Iran dibawah kepimpinan Shah Mohammad Reza Pahlevi menjadi Republik Islam Iran dibawah kepimpinan Ayatullah Rohullah Khomeini.
Nah itulah cukai bakal perempuan di sana dilarang menonton sepakbola.
Tragis, pada tahun 2019 Sahar Khodayari, seorang wanita Iran yang menyamar sebagai laki-laki nonton langsung di Stadion untuk mendukung tim favoritnya Esteghlal.
Karena takut dijebloskan ke penjara, "Gadis Biru" membakar diri hingga tewas.
Disebut "Gadis Biru" karena seragam tim favoritnya berwarna biru-biru.
Kematian "Gadis Biru" memicu protes dari sejumlah kalangan. Mereka meminta FIFA untuk memboikot Iran dari ajang internasional.
Awal bulan Agustus 2022 yang lalu FIFA sudah mengirimkan surat ke pemerintah Iran yang mendesak diperbolehkannya wanita berpartisipasi, karena larangan menonton bertentangan dengan Undang-undang Persepakbolaan Dunia.
Imam Ahmad Alamolhada, yang memiliki peranan paling penting untuk mengambil keputusan di Republik Islam Iran mengatakan perempuan harus dipisahkan dari laki-laki karena vulgar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI