"Ci" seperti yang sudah disebutkan di atas berasal dari kata "cai" yang artinya air. Sedangkan "jurig" dalam bahasa Sunda artinya setan.
Menurut salah seorang kepala desa setempat, di tempatnya (Cijurig) dulunya memang lekat dengan Kesundaan.
Dari mulai kebudayaan, kesenian, dan bahasanya yang digunakan.
Namun lama kelamaan Kesundaan itu menjadi semakin pudar.
Hal tersebut dikarenakan karena para penuturnya sudah uzur dan bahkan banyak yang meninggal. Kini hanya beberapa gelintir saja.
Selain itu karena secara geografis berada di wilayah Jawa Tengah, dimana segala peraturan pemerintah diterapkan dari Gubernur Jawa Tengah.
Dimana pemerintah propinsi mengajarkan bahasa Jawa di sekolah-sekolah. Dan juga tentunya karena lingkungan yang serba Jawa.
Namun di Brebes, "nasib" bahasa Sunda masih lebih baik dari di Banyumas.
Hingga kini di kota yang terkenal dengan telor asinnya itu masih cukup banyak penduduknya yang menggunakan bahasa Sunda sehari-hari dan juga melaksanakan kebudayaan Tanah Priangan.
Sejumlah sejarawan mengatakan pengaruh Sunda di Jawa itu bermula dari Kerajaan Galuh (670-1482) yang wilayah kekuasaannya bukan saja meliputi wilayah Sunda seperti sekarang ini, tetapi juga sebagian wilayah Jawa Tengah.
Tentu saja pada masa-masa itu belum dikenal hadirnya pemetaan administrasi wilayah seperti sekarang ini. Mereka tidak tahu atau menyadari apakah wilayah itu Jawa Barat atau Jawa Tengah.