Indische itu adalah percampuran kebudayaan antara Eropa, Indonesia, dan Cina.
Seperti diketahui, di Indonesia saat itu banyak orang-orang dari Cina yang datang dan kemudian menetap di Nusantara ini. Bahkan orang-orang Cina itu merupakan mayoritas dibandingkan dengan orang-orang dari luar Indonesia lainnya yang datang ke Nusantara seperti dari Arab, India, Pakistan, dan sebagainya.
Abbott, seorang sejarawan asal Amerika Serikat yang datang ke Indonesia sangat kagum dengan barang yang dinamakan guling tersebut.
Bahkan dia menuliskan kekagumannya itu dalam buku yang ditulisnya yang berjudul "A Jaunt in Java" (1857).
Abbott mengatakan dengan adanya guling yang dipeluk saat tidur maka orang itu akan terasa lebih adem dan nyaman.
Apalagi Indonesia yang beriklim tropis dinilainya sangat cocok untuk memegang guling saat tidur.
Guling seperti yang kita kenal saat ini umumnya berisi kapas. Dan memang guling yang berisi kapas lebih baik dari guling lainnya.
Bahkan Cindy Adams mengutip kata-kata Ir. Soekarno dalam bukunya bahwa sang "Penyambung Lidah Rakyat" sangat bangga guling menjadi identitas bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H