Timnas Indonesia akan memulai debutnya di Kualifikasi Piala Asia 2023 pada Kamis (9/6/2022) dinihari WIB di Grup C berhadapan dengan tuan rumah Kuwait. Di Stadion Jaber Al-Ahmed.
Meraih tiga poin penuh atas tim yang berjuluk Al-Azraq (Si Biru) itu sangat krusial demi tabungan Garuda meraih mimpi lolos ke putaran final.
Nantinya akan ada 11 tim yang lolos. Mereka adalah juara masing-masing grup ditambah 5 runner-up terbaik.
Bagaimana analisa laga antara Garuda Vs Al-Azraq itu?
Meski kecil, kesempatan bagi pasukan Shin Tae-yong menundukkan Kuwait tetap cukup terbuka.
Raja Isa, mantan pelatih Persipura Jayapura, yang kini menangani klub kasta tertinggi Liga Bangladesh, Muktijoddha Sangsad melihat nya dari laga ujicoba (FIFA Match Day) sebelumnya.
Jika Indonesia bermain imbang 0-0 dengan Bangladesh, sedangkan Kuwait menang 2-0 atas Singapura.
Raja Isa, yang juga mantan pelatih PSM Makassar, memperingatkan Indonesia agar waspada terhadap bola-bola mati dari Kuwait.
Kedua gol yang disarangkan ke gawang Singapura pada laga yang digelar di Stadion Al Nahyan, Abu Dhabi, UEA, Rabu (1/6/2022) itu keduanya berasal dari bola-bola mati.
"Kuwait mendapatkan gol itu dari situasi bola mati, Ini yang harus diwaspadai Indonesia," kata Raja Isa, Senin (6/6/2022).
Menurut saya, untuk dapat menyaingi Kuwait dan memetik kemenangan ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dari pelatih Shin Tae-yong.
Mengaca kepada head to head, Timnas Indonesia sejatinya tidak jeblok amat kendati masih kalah. Oleh karenanya Kuwait masih bisa dikalahkan.
Dari 6 pertemuan, Garuda menang sekali, tiga kali seri, dan dua mengalami kekalahan.
Kejayaan Garuda dengan skor 2-1 terjadi di ajang Piala Merdeka 1980. Sedangkan kekalahan Indonesia dari Kuwait di antaranya pada Kualifikasi Piala Asia 2011.
Pada saat itu, 13 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 14 Nopember 2019, Bambang Pamungkas membuat Indonesia unggul terlebih dahulu 1-0 di menit ke 33.
Bepe menyundul bola lambung hasil dari sepak pojok yang dilepaskan oleh Ismed Sofyan.
Namun sayang, pelanggaran Muhammad Ilham kepada seorang pemain Kuwait di kotak terlarang harus diganjar dengan hukuman penalti.
Maju sebagai eksekutor, Bader Al-Mutawa berhasil melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Skor menjadi 1-1 di menit ke 60.
Celaka datang di dua menit menjelang bubaran waktu normal. Bader Al-Mutawa mencetak gol keduanya ke gawang Indonesia yang dikawal oleh Marcus Horison.
Dengan kekalahan 1-2 itu Indonesia gagal melaju ke putaran final Piala Asia 2011.
Pada saat itu Indonesia bergabung di Grup B selain dengan Kuwait, juga dengan Oman dan Australia.
Patut diketahui, Bader Al-Mutawa, si pembuat mimpi buruk Timnas Indonesia itu dan kini berusia 37 tahun itu sekarang masih main di Kualifikasi Piala Asia 2023. Kembali berhadapan dengan Indonesia dengan generasi yang berbeda.
Ke Kualifikasi Piala Asia 2023 ini Shin Tae-yong membawa mayoritas para pemain mudanya (dibawah 25 tahun). Patut diwaspadai Bader Al-Mutawa yang kini semakin matang.
Sedangkan hasil imbang di antaranya terjadi di di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dengan skor 1-1.
Indonesia juga harus mewaspadai pelatih anyar mereka yang khusus untuk menangani Al-Azraq selama Kualifikasi Piala Asia 2023 ini, yaitu Vitezslav Lavicka asal Republik Ceko.
Vitezslav Lavicka merupakan mantan pelatih terbaik Republik Ceko pada tahun 2016 dan 2006. Berpengalaman menukangi sejumlah klub di negaranya dan Timnas Australia U-21.
Raja Isa memberikan kunci agar Garuda bermain kompak, konsentrasi, dan disiplin.