Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mudik Mulai Tren Sejak 1970-an, Apa Alasannya?

29 April 2022   09:04 Diperbarui: 29 April 2022   09:10 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Memang benar kata "mudik" itu berasal dari kata udik yang dalam bahasa Sunda dan Betawi udik ini berarti kampung atau desa pinggiran.

Mudik atau pulang ke kampung halaman ini berkonotasi pulang kampung pada Hari Raya, Hari Raya IdulFitri atau Natal.

Sumber menyebutkan mudik atau pulang kampung ini berawal dari masa Kerajaan Majapahit.

Seperti diketahui, Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah hadir di Nusantara. Kekuasaannya meliputi bukan saja di Nusantara bahkan mencapai Asia Selatan dan Madagaskar di Pantai Timur Afrika.

Dengan demikian Raja Majapahit lantas menempatkan masing-masing perwakilannya di masing-masing wilayah kekuasaannya itu.

Pada waktu-waktu tertentu, mereka pulang ke kampung halaman, yaitu di Trowulan, ibukota Kerajaan Majapahit untuk menghadap sang Raja.

Sedangkan istilah mudik sendiri menjadi trending pada tahun 1970-an yaitu pada masa pemerintahan Soeharto, Presiden ke 2 RI.

Apa sebabnya?

Seperti diketahui, Presiden Soeharto mempunyai kelebihan tersendiri yaitu membangun negara, hingga Soeharto dijuluki "Bapak Pembangunan".

Seiring dengan itu, pemerintahan Orde Baru mulai melakukan dan menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan di kota-kota besar terutama Jakarta, juga Bandung, Medan, atau Surabaya.

Dengan demikian pusat-pusat pertumbuhan itu mendorong "orang-orang kampung" berangkat ke kota untuk mencari nafkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun