Setelah satu bulan lamanya umat Muslim berpuasa di bulan Ramadhan yang adalah salah satu dari 5 rukun Islam yang hukumnya wajib sebagai simbol keislaman seseorang.
Maka tibalah mereka di hari kemenangan.
Semalam takbiran, pagi ini sholat Ied, saling silaturahmi, makan ketupat, dan menyantap makanan Lebaran lainnya.
Keseruan muncul ketika seluruh sanak keluarga terutama yang dekat berkumpul ngobrol-ngobrol. Mereka reuni lagi.
Istilah reuni ini biasanya muncul ketika teman-teman satu SMA dulu balik kumpul lagi. Selepas dari SMA Nusantara mereka menyebar.
Ada yang kuliah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya. Ada juga yang tetap di kota, yang langsung bekerja, menikah, dan sebagainya.
Nah, kumpul-kumpul di saat momen mudik Lebaran ini reuni juga. Mereka, masing-masing individu sanak keluarga dari luar kota saling bertemu lagi.
Acara ngobrol-ngobrol pun berlangsung seru terkadang menjengkelkan.
Obrolan apa saja yang mereka perbincangkan itu?
Dilansir dari berbagai sumber, didapati setidaknya ada 10 obrolan yang biasanya seru di saat reuni itu.
Isi apa? Keju atau selai nanas?.
Kapan nikah?.
Membuka aib masa lalu.
Mana pacarnya?.
Jurusan apa?.
Nostalgia kampung halaman.
Lupa masa kecil.
Kebanyakan cucu, jadi lupa namanya.
Ingat-ingat nama saudara.
Bentuk tubuh berubah tiap tahun.
Mir (Mira) isinya apa? Tanya paman kepada Mira yang perutnya agak besar. Sang paman ingin mengetahui apakah Mira sedang hamil?
Isinya coklat, jawab Mira sembari menunjukkan sebuah roti. Mira bercanda dan tidak mau menyebutkan jika dirinya sedang berbadan dua.
Kamu pacaran sudah betapa lama, tiga tahun ada? Kapan nikah?
"Ga tahu nih, nunggu kaya dulu," jawab Herman, mungkin bercanda.
Kakek menyapa cucunya, "eh kamu yang dulu suka ngumpetin biskuit, sekarang sekolah dimana?"
"Adi tubuh kamu kok tambah tinggi tiap tahun?" Sapa eyang kepada Adi yang tubuhnya berubah (tambah jangkung).
Obrolan yang menanyakan salah seorang anggota keluarga sudah mendapatkan jodoh seperti yang disebutkan di atas disebutkan oleh jawapos com sebagai obrolan yang menyakitkan hati.
Seseorang yang ditanyakan itu kadang-kadang merasa sebel dan menjadi malas kumpul-kumpul di momen Lebaran lagi.
Sedangkan obrolan lainnya yang "membahayakan" di saat reuni keluarga besar itu antara lain pamer keberhasilan.
Joko memamerkan keberhasilannya mempunyai rumah dan mobil. Ada lagi Siska yang memamerkan anaknya yang baru lulus dari Perguruan Tinggi dan langsung diterima bekerja di perusahaan tersohor dengan gaji tinggi.
Dengan "gampangnya" keberhasilan itu diceritakan di tengah-tengah keluarga besar dan menimbulkan kecemburuan anggota keluarga lainnya yang masih menganggur.
Mengenai hal tersebut, Devie Rahmawati, seorang pengamat sosial dari Universitas Indonesia angkat bicara.
"Kalau seperti itu, maka pihak yang kurang harus menjadikan obrolan itu sebagai pemicu semangat," kata Devie.
Devie menambahkan tak perlu cemburu atau iri hati melihat keberhasilan anggota keluarga yang lainnya.
Karena setiap orang mempunyai kelebihannya masing-masing dan Tuhan sudah mengatur rejeki masing-masing bagi mahluk Nya.
Kalau seseorang menyambut IdulFitri dengan penuh sukacita dengan hasrat yang tulus untuk bersilaturahmi maka segala pertanyaan dapat ditangkis.
"Indahnya momen Lebaran bersama keluarga ada pada hati kita. Jika kita semangat bakal jadi indah," lanjut Devie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H