Nyekar (aktual.com)
Marhaban ya Ramadhan.Â
Dalam hitungan hari maka tibalah bulan Ramadhan, bulan suci, bulan penuh Rahmat dan Ampunan. Bulan seribu bulan, bulan yang sangat dinanti-nantikan umat Muslimin di seluruh dunia.
Di bulan yang penuh Rahmat dan Ampunan itu umat Islam menjalankan rukun Islam yang ketiga yaitu berpuasa.
Lima rukun Islam hukumnya wajib bagi umat Muslimin sebagai simbol atau tolok ukur keislaman seseorang.
Selain puasa yang menjadi rukun Islam yang ketiga, keempat rukun Islam yang lainnya adalah mengucapkan kalimat syahadat, melakukan sholat, berzakat, dan naik haji.
Di Indonesia kita mengenal sejumlah tradisi yang dilakukan masyarakat menjelang tibanya bulan suci itu. Salah satunya di wilayah Jawa Barat.
Di wilayah yang masyarakatnya berbahasa Sunda itu dikenal setidaknya tiga tradisi yang umum dilakukan menjelang tibanya Marhaban Ya Ramadhan.
Ketiga tradisi yang dimaksud adalah Munggahan, Kuramasan, dan Nyadran.
Sebagai seorang yang lama tinggal di wilayah Jawa Barat, dua di antara ketiga tradisi yang disebutkan di atas sudah dikenal karena sering menyaksikan masyarakat di sekitar yang melakukan tradisi itu yaitu Munggahan dan Nyadran.
"Munggah" dalam bahasa Sunda artinya akan tiba, atau esok hari akan mulai menjalankan hari yang suci sebulan penuh.
Jadi secara harfiah, Munggah itu adalah sehari sebelum tibanya 1 Ramadhan.
Munggahan ini biasanya diisi dengan acara makan-makan bersama kerabat, teman, atau kenalan. "Hitung-hitung" ini adalah hari terakhir makan-makan.
"Tradisi Munggahan ini sudah dijalankan turun-temurun di wilayah Jawa Barat sebagai salah satu bagian menyambut tibanya bulan Ramadhan," kata budayawan asal Garut Franz Limiart.
Sedangkan Nyadran, selain di wilayah Jawa Barat, tradisi "ziarah kubur" ini juga dikenal dan digelar juga sebelum tibanya bulan suci di seluruh pelosok Nusantara terutama di wilayah yang masyarakatnya beragama Islam.
Orang-orang di sekitar saya menyebutkan kalau Nyadran itu juga sebagai ziarah kubur atau Nyekar. Yaitu mengunjungi makam keluarga yang sudah dipanggil Tuhan untuk meminta restu bahwa esok si peziarah akan mengarungi bulan suci, berpuasa sebulan penuh.
Mereka berdoa dan menaburkan bunga-bunga di pusara keluarga yang sudah mendahului sembari membacakan beberapa ayat suci Al Qur'an.
"Ini amalan yang sangat baik bagi umat Muslim sebagai renungan, biasanya sebelum dan sesudah puasa," kata pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda, Garut. KH Cecep Jaya.
Sedangkan Kuramasan. Dalam bahasa Sunda, artinya berkeramas, atau membersihkan rambut.
Bukan hanya membersihkan rambut, namun Kuramasan juga membersihkan seluruh tubuh dengan mandi hingga bersih.
Tradisi ini melambangkan penyucian diri dari segala dosa di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain membersihkan seluruh anggota tubuh, mereka juga saling bermaaf-maafan dengan anggota keluarga, kerabat, dan teman.
Sebagai simbol mohon maaf lahir dan batin sebagai bagian dalam penyambutan bulan suci Ramadhan esok hari.
Selamat menyambut tibanya bulan suci Ramadhan, bulan suci, bulan penuh Rahmat dan Ampunan, bulan seribu bulan.
Secara khusus, di wilayah Ciamis ada sebuah tradisi menyambut Marhaban Ya Ramadhan ini yang disebut dengan Misalin.
Tradisi Misalin ini adalah membersihkan makam leluhur di situs Cagar Budaya Sang Hyang Maharaja Cipta Permana di Galuh Salawe.
Hal tersebut juga digelar pada Minggu (20/3/2022) lalu menyambut tibanya 1 Ramadhan 1443 Hijriah.
Mereka melakukan doa bersama dan tawasul di area makam leluhur. Selanjutnya makan bersama, saling bersalaman antar warga pengunjung dan menggelar kesenian khas daerah setempat.
"Tradisi ini sudah berlangsung sejak dulu. Intinya introspeksi, mengganti perbuatan buruk dengan perbuatan baik," kata Aip Syarifuddin, budayawan Ciamis, Senin (21/3/2022).
Tradisi Misalin bahkan sudah menjadi WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) oleh Pemerintah Pusat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H