Selain di turnamen klasik itu, Liem Swie King juga mengoleksi sejumlah gelar lainnya dari berbagai turnamen dan beregu.
Di antaranya juara Malaysia Open 1983, Indonesia Open 1983, Kejuaraan Dunia 1979, medali emas Asian Games Bangkok 1978, dan lain-lain.
Dan tentunya di beregu Piala Thomas. Sebanyak enam kali.
Dalam usianya yang ke 20, Liem Swie King menjadi buah bibir ketika dia tampil di final berhadapan dengan rekan senegaranya sendiri Rudy Hartono. All England 1976.
Selain tiga kali juara, Liem Swie King juga menjadi runner-up empat kali turnamen klasik bergengsi tersebut.
King kecil mulai berkiprah di dunia bulutangkis dengan masuk Klub Djarum di kota kelahirannya. Disinilah kemampuannya bermain tepak bulu semakin terasah.
Selain dirinya, PB Djarum ini juga menghasilkan para pebulutangkis elit lainnya.
King mulai dipanggil ke pelatnas usai dirinya menjuarai PON (Pekan Olahraga Nasional) pada usia 17 tahun.
Seusai gantung raket pada tahun 1988 (32 tahun). Setahun setelah itu King boleh dikatakan menganggur, tidak punya pekerjaan apa-apa dimana keahliannya hanya bermain bulutangkis.
Setelahnya King mulai mengelola sebuah hotel milik mertuanya di Jalan Melawai Jakarta Selatan.
Ada momen tersendiri yang sulit dilupakan pada final All England 1978.