Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Bola

Piala Asia Wanita 2022, Memetik Pelajaran Berharga

26 Januari 2022   09:04 Diperbarui: 26 Januari 2022   09:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala Asia Wanita 2022 (bola.okezone.com)

Tertutup sudah secercah asa Timnas Putri Indonesia untuk melangkah ke babak selanjutnya Piala Asia Wanita 2022 di Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, Garuda Pertiwi sudah menelan 22 gol dari dua laga Grup B, dari Australia 18 gol dan dari Thailand 4 gol. Tanpa balas.

Kendati tinggal menyisakan satu laga lagi melawan Filipina yaitu pada Kamis (27/1/2022) namun upaya untuk melakukan yang lebih baik dari dua laga sebelumnya wajib diupayakan.

Mampukah Garuda Pertiwi mencetak gol ke gawang Filipina? Atau setidaknya dapat memetik satu poin sebagai oleh-oleh Zahra Muzdalifah dkk kembali ke tanah air.

Di balik semua gelontoran gol itu ada sebersit prestasi yang diraih tim asuhan Rudy Eka Priambada itu. Garuda Pertiwi mampu tampil kembali di Piala Asia Wanita setelah 33 tahun yang lalu.

Kita semua sependapat kekalahan itu lantaran tidak adanya kompetisi Liga Putri di tanah air.

Dapat dimaklumi kompetisi Liga Putri ini mengalami kendala karena Covid-19.

Sempat mulai terbentuk pada 2019 lalu, kompetisi lantas dihentikan. Dan belum ada rencana kapan digulirkan lagi.

Paradoks yang terjadi. Jika Indonesia kebobolan 22 gol namun angka yang ditorehkan Australia juga dengan 22 gol. Hasil skor melawan Indonesia 18-0 dan Filipina 4-0.

Dengan demikian, jumlah kebobolan ini menjadi yang terbesar di Piala Asia Wanita 2022 ini dan skor gol yang terbesar buat Australia.

"Masalahnya adalah mental pemain yang tidak mempunyai pengalaman di ajang internasional seperti ini," kata Rudy Eka Priambada soal keparahan timnya.

Jadi apa yang dipetik dari ajang ini adalah memetik pelajaran yang sangat berharga. Kata Rudy dalam sesi konferensi pers usai laga.

Data menunjukkan para pemain yang dibawa ke India kali ini 80 persennya tidak mempunyai klub. Mereka diambil dari Asprov. Sumatera atau Jawa.

Dan dengan sendirinya pemain sisanya yang mempunyai klub. Menit bermain mereka juga sangat sedikit karena tidak adanya Liga yang berjalan.

Bagi PSSI, memang tidak semudah ucapan untuk menyelenggarakan Liga Putri apalagi dalam kondisi Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Liga putra saja masih sangat terbatas. Dengan tidak boleh dihadiri oleh penonton dan aturan protokol kesehatan yang ketat.

Apalagi soal anggarannya. Apakah PSSI punya dana untuk menggelar Liga putri?

Namun setidaknya harus ada pemikiran untuk meningkatkan kualitas sepakbola putri kita ke depannya. Jangan sampai dipermalukan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun